💞
Hai, maaf banget banget banget baru bisa up lagi. Dari pekan lalu aku, suami dan anak² sakit jadi baru banget badanku enakkan. Jaga kesehatan ya, dbd lagi marak. Keponakanku berpulang karena sakit ini beberapa hari lalu 😭, aku bener² belum bisa banyak mikir. Semoga kalian masih mau menunggu 🙏
"Bu, emang Ibu nggak bisa bujuk Papa buat mau bagi-bagi biaya nikahan Zena sama keluarga Dala?" Gamitan tangan Zena pada lengan Letta begitu erat saat keduanya berjalan keliling mal untuk mencari perintilan tambahan.
"Udah, tapi kamu kayak nggak tau Papamu aja. Keluarga Mandala keberatan, ya?" lirih Letta.
"Bukan gitu, mereka justru nggak enak hati."
Langkah mereka masuk ke toko bunga langganan artis dan pejabat. Langsung menuju ke meja pelayanan yang menyambut hangat.
"Jangan khawatir, kasih tau Mandala, ya." Senyum Letta membuat Zena lega, mereka fokus memilih bunga segar sebagai hiasan di rumah saat acara nanti.
Lamaran sudah di depan mata, Letta yang sibuk menyiapkan segala sesuatu tak merasa lelah sama sekali. Selesai dari toko bunga, mereka menuju ke lantai tiga, di mana terdapat toko bahan kebaya dengan banyak motif juga warna.
Zena mau memakai kebaya khas jawa, jadi tak terlalu modern. Riasan pun ia mau mekap sendiri, ia ahli urusan itu, sayang juga bayar mahal jasa mekap artis.
Letta menghitung siapa saja yang saat lamaran diberikan seragam hingga acara pernikahan nanti.
Saat menunggu pilihan bahan kebaya yang sudah dipastikan, keduanya mendapatkan jamuan minuman hangat dan kue. Letta sudah kenal dengan peimliknya karena sering beli untuk kebutuhannya saat harus berpakaian anggun mendampingi Dipa.
"Zen, rumah gimana? Udah siap kalian isi?"
Zena yang asik mengunyah biskuit kacang mengangguk. "Habis dari sini Zena mau cek rumahnya sama Dala, katanya mau pasang tralis jendela sama toren air. Oh iya, Bu ...," jeda Zena, ia meneguk minumannya lalu duduk fokus menghadap Letta yang menunggu anaknya lanjut bicara. "Ibu ... dulu waktu mau nikah sama Papa, sempet ragu nggak, Bu? Mantannya Papa emang nggak ada yang hubungin?"
Letta cekikikan, "mantan? Papamu cuma punya satu mantan, Mama kandungmu, sayang." Letta masih geli sendiri dengan pertanyaan Zena.
"Iya juga, ya ...," gumamnya.
"Kenapa? Kamu tau Mandala punya mantan selain kamu?"
Kedua bahu Zena terangkat, ia sendiri tak yakin Mandala tak punya mantan setelah putus dengannya. Rasanya ... bohong sekaliii, Mandala ganteng, pintar, apalagi kuliahnya di luar negeri, hal itu mendadak terpikirkan olehnya.
Kegiatan bersama Letta pun selesai, tepat pukul lima mereka kembali ke rumah. Terlihat Mandala sedang ngobrol dengan Zano di teras depan rumah suami Rere itu.
"Bawa mobil, jangan naik motor, udah sore banget," pesan Letta sebelum turun dari mobil. Bibi dan sopir Dipa segera membantu mengeluarkan belanjaan tadi dari bagasi. Mandala yang melihat segera menghampiri.
"Bu," sapanya tak lupa menyalim tangan Letta.
"Kalian mau cek rumah?" Letta melihat Mandala tampak semakin meyakinkan akan menjadi menantu yang baik untuk anaknya.
"Iya, Bu. Izin ajak Zena ke sana," lanjut Mandala.
"Iya, hati-hati, ya. Papa nggak pergi, kan?" Letta melihat semua kendaraan ada di garasi termasuk motor Dipa.
"Tadi Pak Dipa ada tamu, cuma nggak lama, terus katanya nunggu Om Brian, mau bahas masalah lain."
Letta tersenyum, "Papa, bukan Pak Dipa. Biasain, dong, gimana kamu. Yaudah Ibu masuk, ya. Hati-hati nyetirnya." Letta menepuk bahu Mandala lalu mencium pipi Zena sebelum ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Mantan Belagu! ✔ (TAMAT)
Roman d'amour☆Lanjutan Single Father & Love, Zano☆ _________ Meneruskan bekerja di perusahaan papanya, Zena seperti terjebak dalam cangkang. Akan tetapi ia tak mau membuat papanya kecewa karena perusahaan turun temurun. Tetapi apes menimpanya saat laporan keuan...