Jalan berdua

1.2K 155 10
                                    

💞

Dipa mendapati Zena dan Mandala berboncengan dengan sepeda motor dari balkon lantai dua yang mengarah ke arah depan kosan.

"Ngintipin anak, nggak boleh, Mas," tegur Letta seraya memberikan cangkir berisi kopi. Dipa meletakkan cangkir di meja kecil. Ia memeluk Letta dari belakang, meletakkan dagu di bahu kiri istrinya.

"Kenapa kamu?" Letta mengusap lengan Dipa lembut.

"Seneng. Zena bisa dekat sama cowok dan aku kayaknya punya feeling kuat kalau mereka--"

"Doain yang terbaik aja, Mas. Jalan cerita Zena beda sama Zano, bahkan kita. Kamu kok tumben langsung terima Zena dideketin Mandala, biasanya garang banget." Letta melayangkan tatapan curiga. Membuat Dipa semakin memeluknya erat hingga mendusal manja ke wajah istrinya.

"Kayak lihat kembaran. Mandala sama aku maksudnya. Karakter dia, sifat, pekerja keras, dia cerita banyak ke aku, Letta, sampai aku yakin kalau memang jodoh Zena si Mandala, anak gadisku akan aman dan nggak kesusahan hidup walau nggak bergelimang harta."

Letta memutar tubuh menghadap Dipa yang menghimpit istrinya dengan kedua tangan berada di tembok pembatas balkon.

"Mas, Mandala itu sebenernya ...," jeda Letta. Dipa mengangkat sebelah alis matanya sambil menunggu Letta lanjut menjawab.

Lain hal di mal, Zena asik berjalan melihat-lihat pakaian kerja pria. Mandala sudah membeli dua lemeja polos, tapi masih kurang. Keduanya terus memutari departemen store tanpa terlewatkan satu merek pun.

"Ini bagus, satu set yang kayak di manekin ini maksud gue, Dala," tukas Zena. Mandala berdiri, memiringkan kepala menimbang-nimbang apakah warna itu cocok untuknya.

"Lo kenapa cukur rambut model gitu? Kependekan. Jelek!" dumal Zena. Mandala tersenyum tipis lantas berjalan ke pramuniaga minta warna kemeja dan celana sesuai dengan manekin.

Zena duduk di kursi yang ada di sana, di depannya kamar pas. Mandala sedang mencoba pakaian tadi. Zena menatap kedua kakinya yang hanya memakai sepatu teplek warna hitam. Celana jeans dan kemeja oversize warna hitam, membuat penampilannya bersinar. Sehingga kulit putihnya tampak glowing.

"Udah?" Zena mendongakkan kepala. Mandala suka dengan pilihan Zena. Saat tiba membayar, Mandala melihat Zena berdiri di depan rak sepatu kets, ia perhatikan dengan seksama saat Zena memegang salah satu sepatu sambil senyam senyum.

Selesai membayar, Zena menyusul Mandala yang sudah berjalan kearah depan.

"Makan lagi mau, Zen?" tawar Mandala.

"Nggak. Gendut nanti gue. Jajanin gue es krim aja, yang itu!" tunjuk Zena. Mandala mengarah ke sana, ia membayarkan es krim pesanan Zena yang senang apalagi rasa vanila dengan cone yang begitu renyah.

"Kenapa belinya cuma satu? Lo nggak mau?" Zena menjilat es krim.

"Lo aja. Gue tadi udah makan es alpukat, kan. Sekarang mau ke mana? Masih jam setengah sembilan." Mandala celingukan.

"Balik aja kalau udah nggak ada yang dibeli. Tunggu gue habisin es krim, sayang kalau meleleh," tukas Zena sambil berjalan tapi fokus menikmati es krimnya.

Mandala merangkul bahu Zena tapi segera di tepis dengan cara menghindar. Mandala mendesah, ia sepertinya digantung lagi.

"Besok pake kemeja yang warna hitam, lo punya celana kerja abu-abu, kan? Sepatu kerja lo yang warna hitam juga. Tas kerja yang model tali karena buat bawa laptop. Ada data purchasing yang biasanya bakal dikerjain di kosan. Suka mendadak vendor kasih harga dan lo harus negosiasi dengan baik."

Terjebak Mantan Belagu! ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang