Tragedi tengah lapangan

1.3K 162 4
                                    

💞

Masa SMA.

Zena baru selesai latihan paskibra, ia tergabung sebagai tim inti sekolah. Sebagai murid kelas dua, ia belum terikat dengan banyaknya nilai mata pelajaran yang harus dikejar. Jadi ia bebas berkegiatan di sekolah. Toh, Dipa juga membebaskan.

Terik matahari pukul dua siang tak membuat Zena kepanasan. Kulitnya memang menjadi sedikit coklat, tetapi ia tak peduli.

Peluh membasahi kening, Zena mengipasi wajah dengan topi sekolah yang tadi ia kenakan. Sebotol air mineral berada di depan wajahnya. Zena mengangkat kepala. "Buat lo," tukas Mandala. Cowok berseragam putih abu-abu berdiri di depan Zena.

"Makasih," sahut Zena lantas menerima air mineral. Mandala duduk di samping Zena dengan perlahan, ia tumpu kedua siku di atas kedua pahanya.

"Masih lama latihannya?" toleh Mandala yang berambut cepak pendek.

"Masih. Sabtu besok lombanya, jadi gue harus fokus banget. Tumben beliin minum, kenapa lo?" lirik Zena yang juga duduk dengan kedua kaki ia luruskan ke depan. Teman-teman lainnya senyam senyum ke arah Zena dengan tujuan menggodanya. Maklum, Zena itu termasuk cewek yang susah didekati, harus sesuai standar yang Zena tetapkan. Akan tetapi rumor di sekolah sudah menyebar jika Mandala pantang menyerah mendekati Zena mau ditolak berapa kali pun.

"Lombanya di mana? Di walikota?" lanjut Mandala lagi.

"Iya." Zena menutup botol air mineral yang sudah setengah botol ia teguk. "Lo ngapain, sih! Bukannya anak mading lagi repot bantu Kakak kelas bikin konsep buku tahunan?"

Mandala menunduk sejenak sebelum kembali menatap Zena, ia tersenyum tipis. "Mana tega gue lihat lo kehausan, dari tadi gue perhatiin lo fokus banget, sampe lupa beli air minum."

"Oh, kirain apaan. Gue latihan lagi. Makasih airnya." Zena tersenyum sekedar menghargai kebaikan Mandala tetapi cowok itu menarik jemari tangan Zena.

"Balik bareng, gue tungguin sampe selesai."

Zena melepaskan tangannya dari genggaman Mandala. "Gue balik sama temen-temen. Lain kali aja. Bye!" Zena memakai topi sekolahnya lagi lalu kembali ke tengah lapangan masuk barisan.

Mandala mengulum senyum, benar-benar susah menaklukan Zena. Sayang, Mandala terlanjur kagum dan suka dengan Zena.

Selesai latihan jam empat sore, sekolah masih ramai karena banyak ekskul yang latihan rutin. Zena meraih tas ranselnya yang tergeletak di pinggir lapangan. Mandala sudah berdiri di belakangnya hingga membuat Zena kaget.

"Ya ampun! Kaget gue! Ngapain, sih, Dala!" teriak Zena saking terkejutnya. Hari itu kali pertama Zena memanggilnya Dala, bukan Man, atau Mandala.

Mandala tersenyum manis, ia merebut tas ransel Zena dari tangan gadis itu lantas berjalan ke arah parkiran motor. Zena menganga, act of service sekali tetapi malah membuat Zena salah tingkah karena diledek teman-temannya.

"Hari ini gue nggak dapet pinjeman mobil bokap, jadi naik motor dulu anterin lo balik. Helm udah gue siapin, baru karena khusus buat lo. Pake, ya." Mandala memakaikan ke atas kepala Zena yang masih diam keheranan.

"Lo naksir berat sama gue, Dala?" celotehnya jujur. Mandala duduk di atas jok motor. Berdiri menatap Zena yang begitu cantik dan manis.

"Iya. Seratus persen. Gue kejar lo udah tiga bulan, Zen. Lo cuekin gue, marah, masa bodo, nolak, gue nggak peduli." Mandala kembali tersenyum. "Karena gue percaya, cewek berkelas nggak akan gampang didapatkan. Dan gue jalani proses itu, gue mau lo sadar gue suka sama lo bukan sekedar suka biasa."

Terjebak Mantan Belagu! ✔ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang