Part 8 : Missing parts

29 4 0
                                    

Kinta akhirnya menekan "kirim".

"Makasih lan, untuk yang tadi."

Pesan itu sederhana, tapi Kinta butuh setengah jam untuk memberanikan diri mengirimnya. Dia bahkan sempat menulis ulang beberapa kali, lalu menghapusnya lagi.

Beberapa detik kemudian, layar ponselnya menyala.

"anytime."

Tentu saja, balasannya sesingkat itu.

Kinta menghela napas. Tidak heran. Selama hampir sebulan jadi chairmate Kylan, mereka belum banyak bicara. Tapi ada satu perubahan kecil—Kylan sekarang lebih sering tersenyum, meskipun tipis.

Layar kembali menyala. Satu pesan baru masuk.

"Feel better?"

Kinta sempat menatap layar lebih lama dari seharusnya. Jadi, Kylan… nanya?

Cepat-cepat dia mengetik.

"Udah agak baikan kok."

"Lu pucet banget."

"Anemia, Lan."

"Oh."

Lalu hening beberapa detik.

Kinta menggigit bibir sebelum mengetik lagi.

"Kayaknya besok gua gak bisa ikut latihan deh. Sorry."

Pesan Kylan muncul beberapa detik kemudian.

"No problem. Gua ajar di hari lain."

Kinta mengernyit.

"You don't mind?"

"I don't."

"Kabarin aja kalau udah bisa."

Kinta tersenyum kecil.

"Makasih banyak."

Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul.

Kylan menyukai pesan yang anda kirimkan.

Kinta menatap layar lebih lama.

I think he is a chat person.

                                                                     🌷🌷🌷

"Hai darling!" Sapa seorang wanita cantik yang membawa sebuah bingkisan cemilan untuk Kinta.

"Eh, tante." Kinta menyambut peluk sosok yang bernama Tante sofia.

Wanita berambut pendek sebahu dengan gigi ginsul yang muncul setiap kali ia tersenyum adalah tante sofia seorang dokter jiwa yang juga merupakan ibu dari Rayhan.

"Idut tadi ngabarin katanya kamu sakit, makanya tante pas pulang dari klinik mampir beliin cemilan favorit kamu." Senyumnya dengan ceria menunjuk belanjaan bawaannya.

AltaluneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang