08. delapan ♡₊˚ 🦢・₊✧

85 8 0
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

Ingat dengan janji Hanum kemarin? Ya, kali ini Nadya benar-benar menepati janjinya.

Drttt.. drttt..

Sedari tadi Hanum terus meneleponi nya untuk memastikan Nadya sudah siap atau pun belum.

"Kamu bawel nya melebihi umma," ucap Nadya pada Hanum.

"Hanya mau memastikan aja, Nad."

"Iya, boleh. Tapi kalau kayak gini terus gue ga siap-siap!" omel Nadya pada Hanum yang sedari tadi mengajak nya bicara.

"Yaudah, maaf. Kalau gitu, gue otw jemput lo. Kita naik Cargo aja ya."

"Iya," setelah berucap seperti itu, Nadya mematikan nya secara sepihak.

Mahen yang sedari tadi melihat interaksi antara adik dengan sahabat nya itu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kenapa, sih? Kamu lagi datang bulan ya? Marah-marah mulu."

"Gak." jelas, padat, dan singkat.

Setelah selesai berkutat dengan make up, kini Nadya beralih merapikan tas nya yang akan ia bawa. Mulai dari dompet, handphone, lip serum dan liptint.

"Lia, kenapa ngga gue yang anterin aja biar hemat." tawar Mahen pada adiknya yang masih sibuk membereskan keperluannya.

"Lo mau nganterin? Bukannya harus kuliah?"

"Kuliah. Masuk siang. Gue masih punya banyak waktu buat nganterin lo." Nadya mengangguk, pertanda ia mengizinkan.

Kalau di pikir-pikir, ada benarnya nya juga. Berangkat pakai taxi online berangkat pulang bisa boros uang saku. Ah sudah lah. Seenggaknya, masih ada Mahen yang menjadi penyelamat. Uang sakunya jadi aman, dan Ayah akan kasih uang sakunya lagi sebulan kemudian. Jadi, mau tak mau harus hemat.

Baru di kasih, masa sudah habis duluan. Mau berkata apa Ayah jika anaknya ini boros? Lagipula Nadya kan anak rajin yang suka menabung.

****

"Mau kemana dulu?" tanya Hanum setelah keduanya tiba. Mereka baru saja sampai tujuan dengan selamat.

"Makan."

Entah, sedari tadi sikapnya seperti itu. Hanum tidak tahu setan apa yang sedang di rasuki oleh Nadya. Sedari di mobil pun tidak ada percakapan, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Namun sesekali Nadya menjawab secara singkat.

Nadya melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Hanum yang masih dibuat bertanya-tanya dengan sikap nya ini.

"Lo kenapa sih?" tanya Hanum dengan langkah yang setara dengan Nadya.

"Gapapa," jujur Nadya

"Ngga papa apanya? Lo dari tadi di ajak ngomong jawab singkat gitu."

Ayo lah, Num. Kaya gatau Nadya saja.

Nadya menarik napasnya panjang, lalu tersenyum.

Oke, Hanum paham. Sedang tidak mood.

"Oke."

Hanum paham, Hanum mengerti. Nadya seperti ini tidak akan lama. Hanum hanya bisa memberi Nadya waktu untuk meredakan semuanya.

Mereka menuju satu tempat makanan jepang, untuk mengisi perut mereka yang sengaja mereka kosongkan.

15 menit waktu mengantri. Sekarang giliran mereka untuk memesan.

Hanya lima belas menit mereka menunggu, karena belum terlalu mengantri terlalu panjang.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang