07. tujuh ♡₊˚ 🦢・₊✧

99 6 7
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

"Kak, jemput."

"Iyaa, sabar. Tunggu di situ. Jangan kemana-mana!"

"Oke."

Sambungan telepon di putuskan secara sepihak oleh Mahen dari seberang sana.

Kawasan sekolah sudah sepi, tapi untung ada Hanum yang belum di jemput juga oleh kakaknya.

Biasanya Hanum selalu membawa motor nya, entahlah, kali ini ia tidak membawa motor nya karena saat ingin berangkat sekolah di pakai oleh kakaknya, jadilah ia mengalah untuk di antar-jemput.

Lebih tepatnya, tadi pagi ia memesan ojol untuk mengantarnya ke sekolah.

"Boleh pinjem handphone lo buat telepon orang rumah ga, Dya?" tanya Hanum memastikan.

"Kenapa emang handphone lo?" tanya balik Nadya.

"Abis baterai, engga bawa charger. Lupa." Nadya mengangguk paham, lalu memberikan ponselnya kepada Hanum.

Dua menit berlalu..

"Nih, makasih."

Nadya mengambil alih ponselnya dari Hanum, "udah?" Hanum mengangguk.

Tak lama, Mahen datang membawa mobilnya.

Tin!

"Tuh, udah di jemput."

"Lo sendirian gapapa?"

"Gapapa,"

Mahen membuka jendela pintu mobil seberang nya. "Ayok, dek."

"Tungguin Hanum bentar boleh, ga? Kasian sendirian."

"Kenapa engga bareng aja, sini?" tanya Mahen.

"Anu Kak, tadi udah telepon ummi buat jemput, jadi engga usah. Duluan aja. Monggo."

"Beneran gapapa?" tanya Nadya yang masih kekeh dengan ucapannya.

"Gapapa, Dya. It's okee."

"Loh, kok belum pada pulang?" tanya seorang laki-laki.

Misterius nyaaa..

Nadya tersenyum menyapa. "Kak," Laki-laki itu mengangguk.

"Iya nih, lagi nunggu di jemput." kata Hanum.

"Ya sudah kalau gitu, hati-hati ya. Saya duluan. Assalamu'alaikum."

Nadya maupun Hanum mengangguk. "Wa'alaikumussalam."

Tanpa di sadari, senyum Nadya merekah.

Senyum senyum salah tingkah..

Nadya terus memperhatikan bahu laki-laki itu sampai hilang dari pandangan.

Tanpa Nadya sadar, Hanum sudah tidak lagi di sampingnya.

Tin!

Klakson mobil Mahen lah yang menyadari lamunan Nadya.

"Bye! Duluan kak." pamit Hanum.

"Lia, buruan naik. Keburu sore!" teriak Mahen dari dalam mobil.

Sepanjang perjalanan, Nadya masih teringat jelas dengan kejadian tadi.

Mahen sedari tadi fokus menyetir, kini teralih dengan senyum adik nya yang sedari tadi terus tersenyum tanpa henti.

"Kenapa si, dek? Lagi ngebayangin siapa?"

"Hah? Enggak." Nadya tersadar dari lamunannya.

"Cha Eun Woo?" Nadya menggeleng.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang