14. empatbelas ♡₊˚ 🦢・₊✧

58 3 3
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

Dua hari kemudian.

Pagi ini, tubuh Nadya tidak lagi merasakan kedinginan. Bisa di bilang sekarang ia sudah sedikit membaik.

Nadya keluar kamar untuk mengisi botol minumnya yang sudah habis.

"Loh," ujar ayah heran

Selama sakit, Nadya sama sekali tidak keluar dari kamar ataupun ranjangnya. Bagaimana Nadya ingin keluar kamar? Baru menginjakkan kaki untuk bangun saja sudah pusing.

"Kenapa?" tanya Nadya bingung.

"Udah sehat?"

Nadya mengangguk, "seperti yang Ayah lihat," ucap Nadya

Pertanyaan yang tidak seharusnya di tanyakan. Heran, hanya sedikit. Sisanya terheran-heran.

Ayah mengacak rambut Nadya, "jangan sakit lagi, Ayah kesepian," lirih Ayah.

****

"De, ay—" Mahen membeku

"Kok mumu di pukulin?"

Mumu, boneka jamur lucu yang Mahen belikan untuk Nadya. Ukurannya tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Ukurannya pas jika bersama Nadya.

"Kesel. Masa presdir rumah sakit doldam di ganti. Presdir yang lama juga udah mengundurkan diri. Ga terima!" ucap Nadya sambil meremas boneka jamur nya.

Bukan hanya mumu yang menjadi sasaran empuk nya, mulut Nadya terus saja mengumpat.

Mahen menggelengkan kepalanya, sembuh sedikit pasti seperti ini. Hufttt.. Ini cukup melelahkan.

"Percuma jadi presdir, kalau kerja aja ga bener. Gelar doang yang gede, tapi buat nolongin orang sakit minus," omel Nadya.

Karna kesel, Nadya menutup iPad-nya, lalu membuang napasnya secara kasar.

"Ada apa?" tanya Nadya dengan raut wajah yang kesal.

"Mau jalan keluar? Nyari udara seger di depan,"

"Atau mau belanja cemilan, gitu? Biar ga badmood mulu." tawar Mahen.

"Engga mau," tolaknya

"Lagi ga mood buat kemana-mana, mau di kamar aja."

"Sana kak, Nadya mau sendiri," usir Nadya, ia menarik tangan kakaknya untuk keluar dari kamarnya.

****

"Dua Minggu lagi kita akan melaksanakan ujian, Ibu mohon persiapkan diri kalian sebelum ujian, ya." kata Bu Nia sebelum pergi meninggal kelas.

"Baik buu."

"Kalau gitu, ibu pamit. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka kompak.

Nadya merasakan kekompakan berada di kelas ini. Tak hanya itu, Nadya juga bersyukur memiliki teman yang cukup baik di kelas ini. Ia berharap, jika suatu saat mereka tak lagi bersama Nadya, tali silaturahmi mereka tidak terputus.

Walaupun terkadang susah untuk mengatur mereka, tetapi Nadya suka dengan kelas ini. Hangat, sudah seperti keluarga nya sendiri. Nadya harap saat kelas XII nanti bertemu kembali.

"Cepet banget, ga kerasa waktu berjalan secepat itu," ucap Hanum

"Perasaan baru kemarin ambil rapot bayangan, sekarang udah mau ulangan yang bener-bener serius,"

"Itu tandanya, semester genap akan segera tiba,"

Nadya menepuk pundak Hanum, "kantin." Nadya beranjak dari tempat duduknya, dan melenggang pergi begitu saja tanpa memperdulikan Hanum.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang