01. satu ♡₊˚ 🦢・₊✧

335 22 19
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

Mengaguminya secara diam? Mengaguminya dalam diam itu sangat indah, indah sekali. Tidak salah memang mencintainya dalam diam, itu bukan kesalahan. Dia memang pantas untuk di kagumi, meski seperti langit dan bumi. Jika dia takdir maka akan ada jalan untuk bertekad, tapi jika bukan takdir, seseorang itu akan menjadi sebuah pelajaran dan ujian keimanan.

🥨🥨🥨

"Hanum!" teriak Nadya mencari keberadaan sahabatnya itu.

Nadya menghampiri Hanum yang sudah duduk manis di pinggir musola. Ya, mereka sedang ada tamu bulanan, jadi tidak bisa ikut Dhuha seperti yang lain nya.

"Nadya, disini." kata Hanum sambil melambaikan tangannya.

Nadya yang tengah melamun --entah apa yang sedang di pikirkan nya-- buyar ketika Hanum melambaikan tangan nya.

Hanum sedari tadi sadar, kemana arah manik hitam Nadya tertuju.

"Cie," goda Hanum pada Nadya. Nadya lantas mengerutkan kening nya, binggung.

"Suka ya? Namanya Haikal." kata Hanum memberi tahu.

"Hah? Apaan si?"

Hanum menepuk bahu Nadya, "alah, ga usah bohong gitu, gue tau kok manik mata lo tertuju sama siapa."

"Wallahi, Num. Ngelamun tadi. Bukan ngeliatin dia." memang benar kan? Melamun, bukan melihat yang ada di depan. Itu hanya kebetulan.

"Alah, lo kan suka tipu. Kalo suka bilang aja."

Nadya menggelengkan kepalanya, dan menghela napas panjang, tidak habis pikir dengan sahabatnya ini.

Ah sudah lah, terserah.

****

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas siang, kini saat nya untuk bersiap solat dzuhur dan makan siang. Berhubung Nadya dan Hanum sedang ada tamu bulanan nya, dan kebetulan tidak membawa bekal hal hasil ia langsung bergegas ke kantin untuk makan siang.

"Nad, Ayo."

Nadya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan nya.

"Nanti dulu, Num. Sabar. Toh di bawah masih rame."

Ah, ia malas untuk berkerumun di bawah sana, tangga pasti masih ramai.

"Yaudah, kalo gitu gue duluan." ucap Hanum dan di angguki oleh Nadya.

Tak berselang lama, Nadya menyusul Hanum menuju kantin. Seorang diri.

Pandangan nya terus mencari keberadaan Hanum, tapi nihil.

Tak sengaja manik mata mata bertemu dengan seorang laki-laki.

Nadya tersenyum lalu menyapa nya, "ka."

Lelaki itu membalas senyum Nadya.

****

Bel sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, Nadya segera menghubungi kakak nya untuk meminta agar segera jemput nya.

"Assalamu'alaikum, ka."

"Wa'alaikumussalam, kenapa dek?"

"Ka, bisa jemput Lia ga?"

"Bisa, tunggu ya. Otw."

"Oke, Lia tunggu di tempat biasa ya,"

Panggilan terputus secara sepihak, sambil menunggu kakaknya datang untuk menjemput nya, Nadya membaca novel yang sengaja ia bawa.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang