18. delapanbelas ♡₊˚ 🦢・₊✧

24 1 0
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

Masih di malam yang sama, Nadya tengah menonton televisi di ruang keluarga sambil menunggu ayah pulang kerja.

Saat tengah asik menonton, lambat laun, matanya merasakan kantuk. Lelah. Sampai pada akhir, Nadya tertidur di sofa panjang.

Jam sudah menunjukkan pukul, setengah sepuluh malam, Ayah baru saja tiba.

"Nadya. Nak, bangun, pindah ke kamar," ujar Ayah lembut.

"Eh, Ayah. Udah pulang?" tanyanya dengan suara serak

"Sudah. Sana kamu pindah, udah setengah sepuluh malem,"

Nadya tak lagi seperti anak kecil yang tertidur di ruang keluarga, menunggu ayahnya pulang untuk di gopong oleh ayah ke menuju kamar. Kini, Nadya sudah beranjak dewasa, Ayah tidak akan kuat membopong tubuhnya lagi.

Moment ini yang selalu Nadya rindukan, menunggu Ayah hingga tertidur.

Nadya rasa, tak hanya dirinya yang merindukan moment ini. Nadya rasa semua orang merindukan moment berharga seperti ini.

Ah, rasanya ia ingin menjadi anak kecil lagi.

"Kamu sudah makan, Nak?" tanya Ayah saat nyawa Nadya sudah terkumpul.

"Sudah, Ayah sendiri?" tanyanya balik.

Ayah tersenyum manis, "sudah," ucapnya lalu mengecup pipi Nadya.

"Ih, bau," ledek Ayah.

"Ayah juga bau, belum mandi," Nadya malah membalikkan ledekan itu kepada Ayahnya.

Ayah terkekeh kecil, lalu mengacak rambut Nadya.

"Bagaimana ujiannya? Lancar?"

"Alhamdulillah, lancar."

"Alhamdulillah. Lancar barokah, ya, Nak,"

"Aamiin. Alhamdulillahi jazakallahukhoiro, cintaku," ucap Nadya dengan jari berbentuk finger heart.

****

Pagi ini Nadya sudah bersemangat menyambut hari yang sangat indah ini. Senyumnya terus saja merekeh, entah setan apa yang merasuki dirinya itu.

"Selamat pagi," sapa Nadya saat sampai ke ruangan nya.

"Eh, ada Arkan," celetuk Nadya saat menyadari kehadiran teman laki-lakinya itu.

"Hai, Nad,"

"Nadyaaa! How are you?" teriak Hanum saat sampai di depan kelas ruangan Nadya.

"Berisik amat, masih pagi," ujar Nadya.

Hanum memutar bola matanya, "bawel deh, lo."

Nadya memutar balikan tubuhnya, ingin keluar ruangan karena merasa suntuk. Bukan belajar untuk persiapan ujian nanti, ini malah entah ingin pergi kemana.

Lagipula, Nadya sudah mempelajari semua materi, jadi, santai saja.

Saat dirinya sudah sampai di depan pintu, dirinya terhenti. Ada tiga pria muncul secara tiba-tiba.

"Hai kak," sapa Nadya sambil melambaikan tangannya.

"Hai," balas laki-laki itu. Laki-laki itu juga membalas lambaian tangan Nadya, dengan senyumnya..

Jika kalian mengira itu adalah, Haikal. Kalian benar, itu memang Haikal.

Pipi Nadya bersemu merah, salah tingkah. Nadya kembali membalikkan badannya menghadap Hanum.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang