15. limabelas ♡₊˚ 🦢・₊✧

49 6 1
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

"Nadya, gue mau tanya sekali lagi. Lo benaran naruh perasaan ke Ka Haikal?" tanya Hanum yang masih penasaran dengan semua ini.

Sebenarnya, Hanum masih tidak menyangka dan sedikit shock dengan hal ini. Terlebih dengan comblangan nya itu, berhasil.

Senang, itu yang Hanum rasakan. Akhirnya sahabatnya ini mencintai lelaki sungguhan.

"Kalau iya, lo harus siap dengan ke cegil-an gue,"

"Ke cegil-an lo yang sama cowo gepeng and cowo yang ga tau lo hidup itu aja udah gue jabanin. Gimana lagi sama yang ini? Gue jabanin sampe nikah."

"Bisa ya lo ngomong begitu," Nadya terkekeh.

"Ya bisa, wong tinggal ngomong,"

Nadya menggelengkan kepalanya, "gue traktir lo buat hari ini, karena udah bikin gue ketawa."

"Let's go!" Tanpa basa-basi, Hanum menarik lengan Nadya.

****

"Semangat," ucap Hanum secara tiba-tiba.

Nadya mengerutkan keningnya bingung. Hanum tau, sahabatnya ini memang tidak peka dengan hal ini.

"Semangat berjuang mengejar cintanya. Semoga terbalaskan," katanya yang di akhiri dengan senyum jail.

Hanum memberi kode kepada Nadya, menyuruhnya untuk melihat ke arah depan pintu kelas nya.

Nadya melirik arah yang Hanum tuju, terdapat seorang pria di sana. Yaitu Haikal. Senyum Nadya mulai menggembung, tanda salah tingkah. Pipi nya memerah seperti tomat merah yang sudah matang.

Dengan jailnya, Hanum menggoda Nadya. "Cieeee, uhuy! Ada yang lagi jatuh cinta, nih," begitu goda Hanum.

"Apa sih? Udah lanjut lagi nulisnya. Malu tau," ucap Nadya mengalihkan.

"Mukamu merah, Nadya. Kamu salting?" tanya Hanum. Lagi-lagi Hanum menggodanya.

Nadya tak menghiraukan Hanum, ia melanjutkan pekerjaannya.

****

Nadya terus saja menggerutuki dirinya. Kenapa ia tidak bisa mengontrol diri nya saat berpapasan dengan pria itu. Tadi, sepanjang jalan, ia terus saja tersenyum. Bahkan jalannya melantur seperti orang mabuk.

Ah entahlah. Dirinya pun juga tidak mengerti. Sudahlah lupakan saja, biarkan ia berkelana dengan asmaranya itu.

Jam berputar seiring berjalannya waktu. Begitu cepat bukan?

Cuaca kali ini benar-benar mendukung untuk tidur. Akhir-akhir ini hujan sering saja turun.

Kalian tahu? Cuaca seperti ini saat di sekolah adalah hal yang paling seru dan di nanti. Tentu saja dengan anak-anak yang bermain air hujan dan membasuhi teman nya dengan genangan air hujan. Jika sudah lulus nanti, momen ini tidak akan bisa terulang lagi.

Hujan sudah mulai reda, angin berhembus menerpa wajah Nadya. Sejuk rasanya. Angin sehabis hujan memang sesejuk itu, Nadya suka.

Nadya memandangi area sekolah dari jendela yang ada di kelas nya. Sambil menikmati angin yang berhembus kencang.

Netranya melihat laki-laki yang begitu ia kagumi. Dalam diam, ia mengambil benda pipih persegi panjang nya, dan memotret seorang laki-laki di bawah sana.

Di balik itu, senyumnya terbit. Hanum datang menghampiri Nadya, sedangkan Nadya tidak menyadari jika ada Hanum di belakang.

"Lagi apa tuh?" tanya Hanum sambil melirik ponsel Nadya.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang