🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨
Hari kedua berada di rumah Uti, suasananya masih sama. Sesekali Nadya keluar untuk bermain dengan Zanah, atau menjaga Zanah saat bermain.
"Nadya, sama Nindy ke depan sana beli jajanan, temenin Zanah," kata Tante Ratna sambil menyodorkan uang pada Nadya.
"Di luar puanas e' poll tan," tolak Nindy.
"Ke depan aja Nin. Temenin adek nya buat jajan,"
"Kenapa ngga sama abang aja? Abang dari tadi nganggur ga ngapa-ngapain." sahut Nadya.
Cari pembelaan, padahal sedari tadi ia hanya bermain handphone. Bermain dan menjaga Zanah itu hanya alibi semata.
"Ribut mulu, kenapa sih? Ada apa?" Uti tiba-tiba datang.
"Niki putune njenengan, Mah. Di suruh ngancani adik e' jajan, malah lempar-lemparan," jelas Ratna pada ibunya.
"Wes! Rasah digawe mumet. Sing adil iku kabeh ngancani Zanah jajan."
"Kono! Kancani adik e',"
"Ayo, pilih. Mending temani adik nya jajan, atau Wi-Fi di sini Uti matikan?"
Keempat anak itu segera beranjak, dan berlari. Tak lupa dengan Zanah yang berada dalam gendongan nya Albian.
Jika Uti sudah bertindak, maka semua tidak bisa membantah perkataan nya.
Nadya sedikit paham dan mengerti yang di ucapkan oleh Uti nya. Walaupun sedari kecil ia hidup di lingkup Jawa, Nadya sama sekali tidak bisa berbahasa Jawa. Ah ralat, bisa, Nadya bisa. Hanya bahasa tertentu tak asing di telinga nya.
"Ngacani nang warung ae, angel poll," ucap Uti kecil, namun masih bisa di dengar oleh Ratna.
Ratna yang melihat itu hanya, terkekeh geli dengan tingkah keponakannya.
****
"Siapa tadi yang nolak? Kan jadi di omelin Uti." tanya Mahen yang memulai pembicaraan.
"Bukan nolak, ini itu realita." elak Nindy.
"Pembelaan aja terus." sahut Albian.
"Bukan pembelaan mas, tapi emang beneran panas. Kalau panas gini males keluar, kulit ku gosong nanti." balas Nadya membela Nindy.
"HALAH!" kata Mahen dan Albian kompak.
"Zanah mau apa?" Mahen beralih menggendong Zanah
"Yang pasti yupi nomer satu kalau Zanah," tuding Nindy.
"Nana mau yupi?" tanya Mahen, kini Zanah sudah turun dari gendongan nya.
"Iyaa.." bocil itu sambil mengangguk, dan mengambil sebungkus permen itu.
Selain Zanah yang jajan, Nadya dan Nindy juga memilih camilan untuk mereka.
"Main ambil-ambil aja, emang megang uang?" keduanya menggeleng.
Benar, mereka tidak membawa uang sepeser pun. Hanya memegang uang yang di beri Tante Ratna untuk Zanah saja.
Bukan masalah tidak boleh jajan. Disini mereka hanya di mintai tolong untuk menemani sekaligus untuk mengantari Zanah untuk jajan.
"Coba diliat dulu, ada lebih ngga lembaran nya?" saran yang bagus.
Nadya meronggah sakunya.
Menghitung......
KAMU SEDANG MEMBACA
HANA [HAIKAL & NADYA]
Teen Fictionʚɞ ♡₊˚ 🦢・₊✧ ʚɞ DIUSAHAKAN FOLLOW TERLEBIH DULU, SEBELUM MEMBACA !! Cinta dalam diam? Mencintai seorang laki-laki yang berbeda aliran? Nadya Aurelia, gadis yang masih duduk di bangku sekolah menengah kejuruan ini secara tiba-tiba mengagumi seorang...