13. tigabelas ♡₊˚ 🦢・₊✧

77 5 0
                                    

🥨𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!🥨

Saat keduanya bergegas menuju kantin sekolah, Nadya maupun Hanum berpapasan dengan serombongan anak laki-laki. Mereka selalu saja seperti ini, mengalihkan jalan, seolah-olah milik dirinya dan kawan-kawannya.

Nadya menggelengkan kepalanya, sambil bersenandung kecil.

"Tuhan pertemukan indah saja oh.." saat sampai di anak tangga terakhir, Nadya melihat, ada anak laki-laki.

Kali ini berbeda, rombongan anak laki-laki yang bisa di bilang anak yang rajin, bahkan pintar. Laki-laki itu bersanda gurau dengan teman-temannya.

Nadya ingat, laki-laki yang menjadi imam kala itu, ada di sana.

Nadya mencoba mengingat siapa nama laki-laki itu. "Siapa namanya?" gumamnya kecil, tetapi Hanum bisa mendengar itu.

"Haikal, Haikal Azhari, anak kelas 12." jawab Hanum.

Laki-laki itu asik mengobrol dengan temannya. Nadya memperhatikan laki-laki yang tengah sibuk dengan temannya itu.

"Senyumnya manis," gumam Nadya, setelah itu pergi meninggalkan Hanum yang masih mencerna ucapan nya.

Hanum menoleh, "apa dia bilang? Manis?" Hanum menggelengkan kepalanya, lalu mengejar langkah Nadya.

****

Waktu menunjukkan pukul setengah lima sore, Nadya baru saja sampai rumah. Sungguh lelah rasanya. Badannya terasa remuk, tumit kakinya yang sakit. Ahh, semua rasa sakit itu menjadi satu.

Sehabis Maghrib nanti ada pengajian remaja, sungguh Nadya benar-benar tidak kuat menahan rasa sakit yang berada di tubuhnya saat ini.

Jika boleh, izinkan diri nya untuk beristirahat.

Mahen datang menghampiri Nadya yang tengah menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Lelah rasanya.

"Dek," panggil Mahen membangunkan Nadya yang memejamkan matanya.

"Ganti baju, mandi, solat ashar," titah Mahen

"Sebentar kak, kepala Nadya pusing banget," ujar Nadya.

Mahen menempelkan telapak tangannya, ke dahi Nadya. Panas, itu yang Mahen rasakan.

"Kak, dingin," ucap Nadya dengan posisi yang masih sama.

"Badan kamu anget. Kalau gitu gue masakin air panas buat lo bersih-bersih," ucap Mahen lalu pergi meninggalkan Nadya.

****

Mahen datang untuk memberi tahu Nadya jika airnya sudah bisa ia pakai. Saat akan membuka pintu kamar, Mahen melihat Nadya sudah terlelap dalam tidurnya.

Ingin rasanya membangunkan Nadya, tapi niat itu ia urangkan. "Sudah biarkan Lia beristirahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelahnya." pikirnya.

Mahen membenarkan posisi tidur Nadya, lalu ia menyelimut tubuh hingga perutnya.

Sayangnya, Nadya terbangun.

"Airnya udah mateng, ya? Nadya mandi dulu ya, Kak," ucap Nadya. Suaranya pelan, namun Mahen masih bisa mendengarnya.

"Jangan mandi, badan kamu masih anget. Bersih-bersih aja, asal badanmu rasa nggak lengket." titah Mahen.

Nadya mengangguk dan beranjak dari ranjangnya.

Sekitar empat puluh menit Nadya membersihkan dirinya. Ternyata Mahen masih setia duduk di pinggir ranjangnya sambil memainkan ponselnya.

HANA [HAIKAL & NADYA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang