Jelita berkeinginan datang ke rumah sakit segera dan mengajak Kenandra begitu mendengar Leon mengaku punya seorang calon istri, sekalian menjenguk Rukma. Tapi Leon melarang keinginannya itu dengan sebuah bujukan bahwa mereka bisa lakukan itu besok saja setelah jam kerja. Tak peduli meski rasa penasaran Jelita sudah sampai ke ubun-ubun saat ini, akan sosok calon kakak iparnya.
Karena Leon yang memiliki calon istri terdengar tak masuk akal sama sekali karena Jelita tahu, kakaknya itu adalah seorang pecinta wanita tapi tak menyukai komitmen apalagi untuk sehidup semati hanya dengan satu orang yang sama.
"Sampai jumpa besok, Ta. Tidurlah dengan nyenyak dan mimpi indah." Ucapan selamat tidur dari seorang kakak laki-laki yang teramat menyayangi adik perempuannya.
"Bikin penasaran aja sih, Bang! Tapi baiklah. Sampai jumpa besok. Aku harap Abang nggak bohong soal calon kakak iparku."
"Hm. Aku tutup."
Lalu apa? Leon mendesah berat begitu layar ponselnya menggelap. Ada kebingungan menggelayuti tapi Leon tak menyesali. Sudah terbayang kebahagiaan yang akan dirasakan oleh Jelita nanti jika akhirnya bisa menikah dengan pria jelek yang teramat adiknya itu cintai.
Usai membayangkan kebahagiaan itu, Leon beralih pada Atta si anak malang. Ibunya sedang sakit, dan kini sedang bersama dengan pria asing yang memiliki niat tak baik pada ibunya. "Sungguh mengerikan isi pikiran mu, Leon," tuturnya teruntuk dirinya sendiri akan idenya yang menyeretnya ke rumah sakit itu.
Perlahan Leon berdiri agar si anak tidak terbangun. Pria itu berniat memindahkan Atta ke brankar karena tangannya sudah kesemutan. Setelah itu, dia kembali ke tempatnya dengan pertimbangan baru di kepalanya. Haruskah dia melihat Naila?
"Haaaah! Merepotkan sekali!" Keluhnya begitu tahu sekarang sudah lewat tengah malam. "Harusnya aku sudah tidur nyaman di rumahku sendiri," katanya lalu berdiri.
***
Perawat bilang, cuci darah bisa berlangsung selama lima sampai enam jam. Itu berarti bisa sampai Subuh.Andai pulang sekarang, bukankah dia akan menjelma menjadi seorang pengecut karena meninggalkan wanita yang akan menjadi istrinya sekaligus calon anak tirinya di rumah sakit? Leon hanya pria yang banyak taktik, dia menolak jika dibilang pengecut dan lari dari tanggung jawab.
Setelah dia putuskan untuk melihat Naila di ruang HD, setibanya di sana dia malah merinding. Dia melihat Naila terpejam di atas brankar lalu terlihat darah yang keluar dari tubuhnya tengah mengaliri selang dan masuk ke dalam sebuah mesin. Rasanya dia ingin muntah saat ini.
Leon berbalik badan, ingin kembali ke kamar Naila yang sebelumnya saja. Putusnya demikian.
"Pak?" Suara lemah memanggilnya. Terpaksa Leon kembali ke posisinya semula, meski untuk tinggal lebih lama itu bisa membuat keadaannya sendiri justru memburuk. "Kenapa di sini? Anak saya di mana?"
"Dia tidur. Aku akan ke dia saja." Leon merasakan perutnya bergejolak dan ingin muntah. Jika bertahan di situ lebih lama, dia bisa mengeluarkan semua makan malamnya.
Naila pun tahu bahwa Leon tak nyaman berada di ruangan itu. Lalu matanya terpejam lagi sembari mengucap maaf karena merepotkan Leon malam ini. "Jika saya sudah selesai dengan ini, Anda bisa pulang. Terima kasih banyak karena sudah menjaga Atta."
Leon memilih tak menjawab lalu perlahan mundur dan keluar dari ruangan itu. "Ya ampun. Yang tadi itu mengerikan."
***
Leon nyaris tidak tidur semalaman, meski sebenarnya dia bisa lakukan itu jika dia mau. Seolah dia takut jika dia tidur maka dunia akan tak baik-baik saja. Dia handle semua masalah yang terjadi di keluarganya sampai rela berkorban amat banyak dengan kegilaan-kegilaan isi kepalanya. Salah satu kegilaannya adalah menahan kantuk karena memastikan anak orang tidur dengan lelap dan tak mencari ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo Untuk Jelita
RomanceJelita Asmara, nama yang cantik. Secantik orangnya. Namun sayang, jodoh tak kunjung datang. Kenapa kira-kira? Apa karena kutukan? Rasanya ingin menghilang kala acara kumpul keluarga digelar. Lelah mencari jawaban jika lagi-lagi dia ditanya, kapan n...