Drama Telah Dimulai

186 47 14
                                    

Naila memiliki alasan tersendiri kenapa harus memohon demikian. Salah satunya, jika nanti dia meminta izin menikah pada Lusi, mertuanya itu pasti kecewa padanya. Sekarang ini pun dia sudah merasa telah mengecewakan. Keinginan Lusi adalah Naila menikah dengan Romeo, tapi itu tidak bisa terwujud karena Leon datang tiba-tiba dan menawarkan bantuan yang dia butuhkan.

"Memang apa kata dokter?" tanya Leon tak ramah. Dia masih ingin membahas alasan Naila yang berpikir akan meninggal cepat sampai sudah berwasiat agar Leon menjaga Atta.

"Aku harus mematuhi jadwal cuci darah."

"Kamu sudah lakukan itu selama tiga tahun ini, 'kan? Tak masalah dengan itu juga, 'kan? Jadi, jika kamu tak melewatkan, maka kamu akan baik-baik saja. Berhentilah berpikir seolah kamu akan mati besok." Leon melipat tangan dengan angkuh dan tak lepas menatap Naila yang enggan membalas tatapannya.

Naila hanya khawatir pada Atta. Bagaimana nanti jika dia tiba-tiba pergi dipanggil Tuhan? Anaknya akan tinggal dengan siapa? Sementara dia sudah mengukir kekecewaan di hati mertuanya. Sebenarnya Lusi pun sangat menyayangi cucunya itu. Tapi Naila hanya takut, rasa kecewa Lusi pada dirinya akan menjadi kemarahan hingga tak mau mendekat pada hidupnya dan Atta lagi.

Hanya hening setelahnya. Leon diam, dan Naila pun sama. Hingga ketukan pintu dan suara riang Atta terdengar dari luar sana.

"Assalamu'alaikum," salam yang terucap saat pintu terbuka dan muncullah satu persatu wajah yang Leon tunggu. Ken sedang menggendong Atta dengan Monic yang mengiringi langkahnya sedangkan Jelita tengah bergelayut manja di lengan Mala.

"Wa'alaikumussalam." Naila menjawab ramah dengan senyum ayunya. Dikunjungi orang asing yang akan menjadi keluarga, Naila terbawa perasaan soal ini. Rasanya dia sampai ingin menangis.

"Lama banget datangnya?" tanya Leon yang seolah telah tak sabar menunggu kedatangan kedua saudaranya.

"Kami ke kamar Nenek dulu. Mama juga baru ketemu Monic, jadi kami mengobrol banyak di kamar Nenek sebelum akhirnya Kakek datang." Kenandra menjelaskan. Dia turunkan Atta yang kemudian segera naik ke brankar Naila. "Ini mengejutkan, Leon!" Ken merangkul adiknya yang malah membalasnya dengan menyikut perutnya. "Ibu satu anak?" bisiknya.

"Haiii! Kenalin, Mbak. Aku Jelita." Sapaan penuh keceriaan dari Jelita yang membuat Naila tertegun kagum akan pahatan sempurna Tuhan pada wajah wanita yang berdiri di samping brankarnya itu. Uluran tangan keduanya saling sambut lalu saling melempar senyum dan cium pipi.

"Naila." Naila memperkenalkan dirinya.

Tiba-tiba Leon merangkul bahu adiknya lalu mengusap kepalanya. Terlihat sekali rasa sayang pria itu pada si bungsu. Hal itu tak lepas dari pengamatan Naila. Leon memang terlihat sangat sayang pada adiknya itu dari tatapan teduhnya yang baru kali Naila lihat. Pantas saja sampai rela membuat perjanjian pernikahan hanya demi si cantik ini.

"Saking nggak masuk akalnya Abang bilang punya calon istri, sampai aku berpikir bahwa ini hanya settingan," tutur Jelita yang sebenarnya adalah kebenaran yang tengah Leon sembunyikan. "Tapi ketika sudah lihat kakak ipar dan keponakanku ini, aku pikir aku salah," ucap Jelita senang.

Leon balas ucapan itu dengan mencubit gemas hidung mancung adiknya. "Nggak percayaan sama abang sendiri. Sudah di depan mata nih! Bagaimana? Apa kami serasi?"

"Jauh dari kata serasi malah."

"Hei! Apa maksudnya?"

"Mbak Naila, kenapa milih Abang keduaku yang punya sifat aneh bin ajaib ini sih? Yang sabar sama dia ya, Mbak."

"Hei! Memang aku ini kenapa sih? Semua pada bilang Naila suruh sabar." Gerutuan Leon membuat Ken mendekat ke brankar Naila lalu memperkenalkan dirinya dan Monic.

Romeo Untuk Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang