Pernikahan Kontrak

182 46 7
                                    

Ini demi Jelita. Bisik Leon untuk hatinya, saat rasa bimbang mulai muncul di kala dia sudah berdiri di depan pintu rumah yang dicat warna putih. Malam ini ada rencana besar yang akan dia lakukan dalam rangka membantu adiknya agar segera menikah. Tapi bantuan ini dia akan rahasiakan dari siapapun apalagi dari Jelita Asmara.

"Selamat malam." Wajah seorang wanita muncul saat bel pintu sudah ditekan olehnya. Dia lah si pemilik rumah, Naila Farhana yang akan jadi pemeran pembantu untuk dia masukkan ke dalam rencananya.

"Selamat malam. Aku Leon."

Naila tersenyum lalu mempersilahkan Leon untuk masuk ke dalam rumahnya yang tak cukup luas. "Mau minum apa?" Si tuan rumah beramah tamah meski wajah tamunya cukup dingin. Tak cuma wajah, hati pria itu pun dingin juga.

"Tak perlu repot. Aku datang bukan untuk minum. Kamu butuh uang, dan aku punya yang kamu butuhkan itu." Leon tak ingin berbasa-basi mengingat ini sudah pukul sembilan malam. Bagas cukup lama menyanderanya karena rupanya bukan cuma urusan kontrak pernikahan saja yang harus dia urus. Melainkan ada hal yang lebih besar dari itu. Terkait panggilan telepon dari Rukma ba'da Maghrib tadi.

Leon akan jadi pemilik aset yang neneknya itu miliki, sebagai senjata melawan Henry. Itulah keinginan Rukma yang dia sampaikan tadi saat menghubungi cucunya itu.

"Langsung saja," kata Leon. Sedangkan Naila masih mengamati tamunya dan nampak sekali bahwa wanita itu sedang tidak sehat. Wajahnya pucat dan berkeringat dingin.

"Silahkan, Pak."

Pria tampan dengan rambut abu-abu itu nampak kurang suka dengan kata sapaan itu. "Panggil saja, Leon. Aku belum tua."

"Maaf," balas Naila sungkan.

"Baiklah. Sebelum pada pokok pembahasan utama, aku akan kenalkan diriku dulu. Selain nama, tentu juga kamu harus tahu sejarah kenapa aku bisa duduk di sini."

"Maksudnya?"

Leon tersenyum sarkas. "Aku tahu kamu sangat butuh uang, sampai rela bersedia menikah dengan adik iparmu."

Sedang tak hujan, tapi hati Naila berdebar seketika bak baru saja mendengar suara petir yang amat keras. "Anda---"

"Jangan memotong kalimatku. Dengarkan saja, lalu ambillah keputusan. Karena kesempatanmu hanya malam ini."

Meski bingung tapi Naila turuti permintaan tamunya yang bersikap aneh dan cukup menyebalkan ini. Dia diam untuk mendengar sepanjang apa cerita sejarah yang akan Leon sampaikan.

"Romeo adik iparmu, adalah kekasih adikku. Mereka akan menikah, rencananya begitu. Tapi karena permintaan ibu mertuamu agar kalian menikah, itu cukup menghambat keinginan mereka itu terwujud nyata. Jadi, sebagai kakak yang menyayangi adiknya, aku akan kasih kamu uang. Catat! Aku akan kasih kamu uang, berapapun yang kamu butuhkan untuk menyelamatkan bisnismu dan masa depan putramu. Tapi ada syaratnya."

Dari balik jaketnya, Leon ambil map yang telah disiapkan oleh Bagas untuk niatnya malam ini. "Bacalah!"

Dengan ragu, Naila terima map itu. Lalu perlahan membukanya. "Nikah kontrak?!" Terdengar kaget bercampur kesal. Naila seketika menurunkan map itu ke meja. "Tidak!"

Tersenyum remeh pada wanita berwajah pucat itu lalu Leon condongkan wajahnya. "Baca saja dulu dengan perlahan. Waktumu hanya malam ini, jadi jangan sampai menyesal. Lagian nikah kontrak sama pria setampan aku, kenapa tak mau?"

"Pernikahan bukan mainan!"

"Apa aku terlihat mengajakmu main-main?"

"Pak! Saya memang butuh uang! Tapi saya menolak! Silahkan pergi!" Naila sudah berdiri dan seketika rasa pusing menderanya hingga akhirnya dia duduk kembali lalu mencoba menormalkan keadaannya dengan diam dan menjeda amarahnya.

Romeo Untuk Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang