"Benarkah itu?" tanya Bachtiar seolah tak yakin dengan apa yang dia dengar dari Leon barusan. Bahwa Jelita pacaran dengan Romeo.
Lusi pun jadi tahu, ternyata Romeo sudah menjalin hubungan diam-diam dengan Jelita di belakangnya. Dia kira hanya sebatas rekan kerja saja tapi yang saling melibatkan perasaan. Alias hubungan tanpa status.
"Benar. Romeo pun pernah datang ke rumah kami," tambah Mala. "Keinginan mereka adalah menikah. Bukan hanya sekedar pacaran bak remaja belia."
"Sebenarnya," Lusi akan memulai cerita yang panjang. "Romeo juga sudah sering bilang itu ke Mama. Bahwa dia ingin Jelita jadi istrinya." Ungkapan Lusi kali ini seolah dia sudah menyerah kalah. Karena Naila sudah memiliki calon sendiri dan telah diputuskan minggu depan mereka akan menikah dengan acara yang sederhana, jadi dia tak punya alasan lagi untuk memaksa Romeo menikahi Naila lagi. "Tapi jujur, ada ketakutan di hati Mama." Lusi menarik nafasnya dalam dan pikirannya berkelana ke masa lalu. Ada kekhawatiran yang tergambar jelas di raut wajah tuanya. "Dua belas tahun yang lalu, Romeo dan Jelita memang sudah pacaran. Tapi rupanya ada yang tidak setuju dengan itu kemudian mengancam kami."
"Kenapa Papa tak tahu hal itu, Ma?" tanya Bachtiar.
"Waktu itu Papa baru beberapa hari pindah tugas ke Pontianak. Pak Henry datang mengancam kami. Jika Jelita dan Romeo tetap pacaran, maka beliau tak segan menghancurkan karir Papa."
Semua tertegun larut dalam cerita yang sebenarnya bukan hal baru bagi putra-putri Mala. Namun hanya Leon yang mengepalkan tangan tanda dia sedang menahan amarahnya. Tentu saja marah itu untuk sang kakek.
"Bagaimana jika hal itu terjadi lagi?" tanya Lusi masih dengan khawatir yang sama.
Jelita jadi tertunduk lesu, yang kemudian dirangkul oleh Monic.
"Atas nama Kakek, kami minta maaf untuk kejadian waktu itu, Tante." Leon menanggapi sambil sekuat tenaga menahan emosinya. Sejak awal dia ingin membuat ini jadi mudah untuk adiknya dan Romeo. Jangan sampai ada kekhawatiran yang sama, andai kata nanti Jelita berakhir dengan Romeo. Inilah Leon ketika sedang 'mode Tuhan'. Seolah semua yang berjalan nanti akan sesuai dengan rencananya. "Yang penting kalian restui mereka dulu."
"Bang?" Jelita menyela Leon dan siap berbagi isi hatinya. "Tante Lusi benar. Aku pun sama takutnya kalo Romeo bakal diapa-apain sama Kakek." Hari ini ada bukti kuasa Henry. Romeo dimutasi ke Kalimantan tentu agar mereka berjauhan lagi.
"Kali ini ada Mama, Sayang. Mama yang akan bantu mewujudkan keinginanmu untuk menikah." Mala tentu bersedih untuk kisah Jelita yang sudah tiga kali gagal nikah. Putrinya itu hanya ingin menikah selayaknya wanita lain. Tapi Henry membuat hal itu amat sulit terjadi.
"Abang pasang badan paling depan buat kamu, Ta." Tentu saja ini kalimat Leon yang mencintai adiknya secara membabi-buta.
"Kalian menikah lah." Putus Bachtiar.
"Tapi, Pa?" Lusi menginterupsi. Seorang ibu tentu khawatir pada anaknya, jangan sampai hal buruk terjadi lagi.
"Romeo juga pasti menginginkan hal yang sama, Ma. Rupanya ini alasan dia bekerja keras hingga di posisinya saat ini. Punya perusahaan sendiri e-commerce yang sejak awal tak sama sekali dia merengek agar kita membantunya. Dia berjalan di jalannya dengan restu kita, dan hasilnya baik. Kita sudah lihat itu. Jadi, di usianya yang sudah matang pasti keinginan adalah menikah. Jika Jelita yang dia inginkan, restui dia. Apapun yang terjadi baik ataupun buruk, adalah kuasa Tuhan atas hamba-Nya."
Ucapan seorang ayah yang sayang pada putranya telah terwakilkan oleh Bachtiar tadi. Jelita jadi terharu karena kelapangan hati pria paruh baya itu yang mau menerima hubungan mereka. Juga ada sebersit rindunya yang muncul untuk ayah kandungnya yang sudah lama tak dia jumpai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romeo Untuk Jelita
RomanceJelita Asmara, nama yang cantik. Secantik orangnya. Namun sayang, jodoh tak kunjung datang. Kenapa kira-kira? Apa karena kutukan? Rasanya ingin menghilang kala acara kumpul keluarga digelar. Lelah mencari jawaban jika lagi-lagi dia ditanya, kapan n...