Candu

408 51 7
                                        

Tidak mungkin!

Itulah jeritan hati Jelita yang tak dia suarakan berkali-kali. Tapi semakin dia yakin bahwa Aku Renjana bukanlah Romeo, justru wajah lelaki tampan itu malah kian terbayang di pelupuk matanya.

Menjelang makan malam, Leon mengetuk pintu kamarnya untuk mengajak wanita itu mengisi perutnya. Lamunan Jelita pun buyar, meski hatinya masih berdebar. "Perlu aku gendong?" Leon bertanya saat Jelita kepayahan berjalan.

"Nggak, Bang. Aku bisa kok. Udah agak mendingan." Hati Jelita tengah memutuskan, bahwa keraguan yang menyandera ketenangannya perihal si Aku tak akan dia bagi pada abangnya ini.

Leon tak begitu saja percaya, tangan adiknya pun dia paksa untuk memeluk satu lengannya. "Mumpung aku masih ada buat selalu jaga kamu, maka manfaatkan aku sebaik-baiknya," kata Leon yang tak sama sekali terlihat bercanda.

Tapi Jelita malah tersenyum menanggapi kalimat mendalam itu. "Abangku dulu nggak begini banget. Tapi semenjak ada istri, makin menjadi-jadi. Aku tahu, Abang memang penyayang. Terlalu sayang, sampai aku kadang kesal dimanja."

Sebelum membalas ucapan adiknya, Leon tersenyum sayang. "Abang bahkan masih ingat betul, jika aku pulang dari UK kamu akan mencari cara agar tak sering bertemu denganku. Tak paham betul kamu, bahwa Abang hanya rindu padamu."

"Maaf ya, Abangku sayang. Aku hanya tak paham saja tentang rasa rindu itu." Jelita pun melepas kaitan tangannya, dan menghentikan langkah yang kemudian Leon ikuti. "Terima kasiiiiiiiiiiih, telah menjadi abang yang super keren!"

Leon tertawa kecil begitu Naila menghampiri lalu ikut bergelayut di salah satu lengannya yang terbebas. Mereka bertemu di depan ruang makan. "Dan seorang suami yang super super keren!" tukas Naila dengan suara lembut khas wanita itu, ditambah senyum maut miliknya.

"Kalian ini apaan! Aku bukan Superman, ya!" Meski benar, Leon memang sekeren itu, yang dengan apapun dia pertaruhkan untuk melindungi semua orang yang disayanginya, terlihat tak enak karena pujian itu dia rasa berlebihan.

"Ada Bang Ken di ruang tamu bersama Atta. Saya minta untuk ikut bergabung makan dia nggak mau. Coba Anda yang minta, barangkali dia bersedia," kata Naila kemudian pada suaminya.

"Bang Ken di sini?" tanya Jelita yang cukup heran. "Dia biasanya selalu sibuk sampai malam."

Memang, Ken sekarang adalah pria yang lebih suka menghabiskan waktu dengan pekerjaan dan jabatan barunya. Jelita sampai merasa bahwa kakak pertamanya itu amat sangat tidak seasyik dulu. "Belum ada jam tujuh, tumben dia sudah pulang kerja." Jelita mengungkapkan keheranannya lagi sembari duduk di kursi yang telah tarik untuknya oleh Leon.

"Mungkin ada yang penting. Kalian makan dulu!" titah Leon yang lalu memberi kecupan di dahi istrinya. Pria itu, benar-benar mencintai istrinya itu. Terbaca jelas dari setiap tingkahnya kala memperlakukan sang istri.

"Hei, Atta. Jangan ganggu Om Ken!" Leon hampiri bocah kecil yang ada di pangkuan Ken. Keduanya tengah bercanda dan Atta keras tertawa. "Temani Bunda dan Tante Jelita makan."

"Iya, Ayah." Tanpa protes Atta turun dari pangkuan Ken setelah pria itu mengusap sayang rambut hitam putranya.

"Tumben?" Leon mengawali, setelah duduk bersebelahan dengan abangnya. "Tentu yang membawa Abang ke sini bukan urusan kantor, 'kan?"

"Bukan." Ken bersandar penuh di sofa sambil menatap langit-langit rumah yang sudah lama Leon beli itu. Rumah yang sangat Leon sekali, karena warna abu-abu mendominasi warna dinding dan segala perabotannya. Bahkan sofa yang dia duduki sekarang. "Aku merasa bahwa diriku ini payah, Yon. Bagaimana lagi meyakinkan Monic agar mau pulang?"

"Gitu aja, Abang nggak tahu caranya? Kalo dia yang nggak mau pulang, Abang dong yang susul dia ke sana!"

"Dia mengancam, Yon. Aku sudah ingin lakukan itu beberapa kali. Jika aku datang, dia akan pergi semakin jauh. Aku kangen dia, Yon. Sangat!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Romeo Untuk Jelita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang