I

1.9K 46 0
                                    

Flashback On

-Bandung, 2005-

"AAK! SETAN KURANG AJAR!" Teriak histeris gadis dengan baju abu muda dan rok jeans selutut itu, Alora namanya.

Alora semakin menguatkan pegangannya pada lengan kiri Bara, bahkan kemeja laki-laki itu pun tak segan Alora cengkram dan tarik kencang setiap mereka melihat hantu yang tiba-tiba muncul dengan seram di rumah hantu sialan itu. Keduanya kini memang berada di rumah hantu yang berada di sekitar alun-alun kota. Rumah hantu tersebut merupakan bagian dari acara festival kota Bandung yang diadakan selama dua hari.

"Udah, kita udah di luar." Ujar Bara ketika melihat Alora yang masih menutup rapat kedua matanya, tangan kanan gadis itu juga masih merangkul erat lengan kirinya sembari mencengkram kemejanya sedari tadi.

Alora membuka matanya sedikit demi sedikit dan perlahan mengendurkan cengkaramannya pada kemeja Bara.

"Aku gak mau lagi ke rumah hantu!"

"Padahal yang punya ide kamu sendiri," timpal Bara sembari mengusap keringat dingin yang bercucuran di kening Alora dengan ibu jarinya.

Alora tiba-tiba menarik kemeja Bara, laki-laki itu pun sontak terkesiap karena tubuhnya tertarik oleh kedua tangan Alora. "Bara, kancing kemeja di dada kamu kayaknya lepas."

Bara mendengus tak habis pikir. "Ini pasti gara-gara kamu tadi,"

"Bentar ya itu di depan ada toko, aku beliin peniti ya. Jagain dadanya, jangan diumbar-umbar. Aku udah capek jaga kamu, aku gak mau kamu sampai dirusak perempuan lain." Pesan Alora singkat sembari menepuk-nepuk pelan dada Bara, lalu melesat pergi begitu saja ke toko yang ditunjuknya di sebrang jalan.

4 menit berlalu...

Alora kembali dengan peniti di tangannya. "Sini," lagi-lagi gadis itu menarik tubuh Bara menjadi lebih dekat dengannya, mengikis jarak di antara mereka. Bara bahkan dapat mencium semerbak wangi sampo Alora dengan jarak sedekat itu.

"AW!" Pekik Alora tiba-tiba. Setetes darah terlihat keluar dari jari telunjuknya. Bara yang mengetahui hal tersebut dengan sigap menyesap darah Alora dan meludahkan darah di telunjuk gadis itu.

"Mana plaster luka yang selalu aku taruh di tas kamu," pinta laki-laki itu. Alora merogoh tasnya dan memberikan plaster bermotif loreng tentara itu pada Bara. Seakan tahu hal semacam ini pasti akan terjadi di kemudian hari, Bara memang selalu meletakkan plaster dan kotak P3K kecil di tas Alora, belum lagi mengingat bahwa gadis itu memang sering bertindak ceroboh.

"Ayo beli itu," belum melekat sempurna plaster luka yang ditempelkan Bara pada jari telunjuk Alora, gadis itu tiba-tiba sudah menarik Bara menuju ke salah satu stan aksesoris di festival alun-alun itu.

"Beliin aku cincin ini, terus diukir nama boleh?" Pinta Alora.

"Tumben pengen dibeliin sesuatu,"

"Simulasi lamaran," timpal Alora asal. Bara sontak terkejut mendengar jawaban Alora.

"Kenapa? Oh, kamu gak mau nikah sama aku ya nanti kalau udah jadi Jenderal?" Sinis Alora. Tanpa membalas ucapan gadis itu, Bara langsung membelikan cincin yang Alora inginkan lengkap dengan permintaan ukiran nama mereka di cincin itu.

Tak lama menunggu, cincin itu pun jadi. Mata cokelat Alora berbinar senang.

Bara×Alora 2003, adalah ukiran tulisan di bagian dalam cincin perak polos itu.

"Kayaknya jelek deh kalau cuma jadi cincin, mending jadi kalung," pikir Alora yang tiba-tiba berubah, namun langsung diiyakan oleh Bara detik itu juga. Pada akhirnya Alora mendapatkan kalung dengan bandul cincin yang diinginkannya, sementara Bara tidak turut membeli untuk dirinya sendiri, karena terdapat larangan menggunakan aksesoris di sekolahnya.

NEBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang