XXVI

90 11 0
                                    

Juli, 2010
.
.
.
.
Agustus, 2010
.
.
.
.
September, 2010

Sejak pertengahan bulan sembilan Alora selalu terlihat sibuk dengan tumpukan tugas kuliahnya. Ya, seperti rencananya yang pernah ia jelaskan pada Mahendra untuk berkuliah ketika keduanya berada di rumah pohon kebun teh, nyatanya Alora benar-benar telah merealisasikan hal tersebut, hanya saja ia memilih untuk berkuliah di salah satu universitas terbuka di kota Bandung. Bukan tanpa alasan memang Alora memilih untuk berkuliah di universitas terbuka di antara banyaknya pilihan universitas bergengsi lainnya di kota Bandung.

Alora hanya tidak ingin terlalu memaksakan kondisinya sendiri yang masih harus menyandang satu tongkat sebagai alat bantu jalannya untuk memiliki aktivitas jalan yang terlalu sering. Jika ia berkuliah di universitas umum dengan jadwal pergi ke kampus hampir setiap hari, itu pasti akan sedikit menyulitkan dirinya sendiri dan bisa saja ia turut serta menyulitkan orang lain karena merasa iba pada dirinya. Sungguh Alora tidak ingin jika sampai ia harus merepotkan orang lain atas kondisinya. Alhasil, Alora memutuskan untuk mendaftar di universitas terbuka, dimana jadwal kuliah yang disediakan universitas tersebut tidak terlalu padat dan mengharuskan Alora untuk sering pergi ke kampus. Setidaknya Alora masih bisa mengerjakan tugas serta belajar mandiri dari rumah dengan tanpa harus menyulitkan orang lain sembari menunggu kondisi kakinya terus membaik.

Seperti saat ini contohnya, Alora tengah fokus merangkum materi-materi penting mengenai dasar-dasar dan sejarah sastra Indonesia, tugas kuliahnya yang sebenarnya masih harus dikumpulkan seminggu lagi, namun bukan Alora namanya jika tidak selalu berapi-api dalam mengerjakan sesuatu. Gadis itu mengerjakan tugas kuliahnya tepat di hari dimana tugas tersebut baru saja diberikan.

Suasana kafe Mahendra yang cenderung sepi di siang hari, sangat membantu fokus Alora untuk menyelesaikan tugas kuliahnya dengan cepat. Sejak kafe Mahendra resmi dibuka beberapa bulan lalu, Alora memang lebih sering berada di kafe Mahendra daripada di rumahnya sendiri, jadi tidak heran jika hanya sekedar mengerjakan tugas kuliah pun juga dilakukannya di kafe Mahendra. Lagipula jika pada hari-hari dimana ia tidak memiliki kesibukan kuliah, Alora bahkan tidak jarang turut membantu kafe Mahendra. Gadis itu biasanya menjadi kasir kafe Mahendra ketika pegawai paruh waktu Mahendra tidak masuk. Tentu saja itu bukan ide Mahendra untuk meminta Alora melakukan hal tersebut, melainkan gadis itu sendiri yang bersikeras untuk membantu Mahendra dengan dalih mengisi waktu luang. Meski pada awalnya Mahendra sempat menolak dengan tegas ide Alora, tetap saja ia kalah dengan sikap keras kepala gadis itu. Sebagai gantinya, Mahendra turut bersikap profesional dengan memberikan Alora gaji atas bantuan yang Alora berikan untuk kafenya.

Hal yang mengejutkan adalah bukannya pura-pura menolak gaji tersebut, Alora justru dengan senang hati menerima gaji yang diberikan Mahendra padanya, ia bahkan selalu bersemangat menanti akhir bulan, waktu untuk menerima gaji. Menurut Alora, mendapatkan gaji adalah hal paling menyenangkan yang pernah ia rasakan, mungkin karena Alora selalu hidup berkecukupan sejak kecil dan tidak pernah bekerja sepanjang hidupnya, alhasil ia begitu bersemangat dalam bekerja, terutama ketika menerima gaji dari kerja kerasnya sendiri. Aneh memang, tapi nyatanya hal tersebut benar adanya. Alora bahkan lebih menikmati uang gaji dari kafe Mahendra, daripada keuntungan bulanan hasil kebun teh puluhan hektar miliknya.

Di lain sisi dari Alora yang masih berkutat dengan tumpukan buku paket, laptop dan kertasnya, Mahendra yang duduk bersebrangan di depan gadis itu juga tengah sibuk melukis. Objek lukisnya tidak lain ialah Alora. Entah sudah berapa kali laki-laki itu melukis wajah Alora ketika gadis itu tengah sibuk melakukan sesuatu, ia juga tidak tahu pasti. Bahkan Alora hanya bisa memutar bola matanya malas setiap kali dirinya lagi-lagi dijadikan objek lukisan oleh Mahendra, karena menolak pun juga akan percuma. Mahendra tetap akan melakukan hobinya itu lagi dan lagi. Laki-laki itu nampaknya suka sekali dengan mimik wajah serius Alora, hingga dilukisnya terus menerus.

NEBARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang