-Asrama Atlet kota Bandung, 2009-
Januari, 2009
.
.
.
.
Februari, 2009
.
.
.
.
Maret, 2009
.
.
.
.
April, 2009
.
.
.
.
Mei, 2009
.
.
.
.
Juni, 2009
.
.
.
.
Juli, 2009"And I don't wanna know the price I'm gonna pay for dreaming. Now that your dream has come true."
"Tell me how am I supposed to live without you? Now that I've been lovin' you so long~"
"How am I supposed to live without you?And how am I supposed to carry on? When all that I've been livin' for is gone~"
Tok Tok Tok
"Kak Lora, ada telepon!" Seru Mareta-junior anggar Alora yang menjadi teman sekamarnya beberapa bulan terakhir ini dari luar kamar mandi. Memutus begitu saja bait lagu yang tengah dinyanyikan oleh Alora di dalam kamar mandi.
Tak lama kemudian, Alora keluar dari kamar mandi dengan jubah mandinya. Rambut panjang hitamnya terurai basah.
"Kataku emang bener, Kak. Mendingan Kakak coba daftar jadi peserta Indonesian Idol aja. Sayang banget suara bagus cuma dipake nyanyi dalem kamar mandi. Harusnya Kakak jadi penyanyi tau, bukan atlet." Celetuk Mareta yang langsung dihadiahi toyoran dari Alora, padahal nyatanya memang benar suara Alora begitu merdu. Dara cantik itu memiliki bakat terpendam menyanyi yang jarang orang lain ketahui selama ini.
"Kalau ngomong yang bener, anak kecil." Alora lalu merebut ponsel genggamnya dari tangan Mareta. Matanya berbinar seketika melihat nama pemanggil di layar ponselnya.
'Dirga'
"Hallo, Ga." Sapa Alora pertama.
"Hai, Ra. Apa kabar? Gimana semuanya lancar 'kan? Masih betah tinggal di asrama atlet? Semuanya baik 'kan, Ra?" Tanya Dirga beruntun.
"Satu-satu, Ga tanyanya. Lagian jahat banget baru telepon sekarang dari tiga bulan lalu."
"Ya maaf, Ra. Tau sendiri aku orangnya ga jago jaga komunikasi kalau jarak jauh gini."
"Iya-iya ngerti. Aku baik, semua baik dan semuanya lancar di sini."
"Keliatan sih kalau baik," jawab Dirga
Alora mengernyit bingung. "Hah? Maksudnya?"
"Iya aku bisa liat dari sini kalau kabar kamu baik, soalnya Ayah sama Ibuk selalu nontonin pertandingan kamu dari TV di channel olahraga kesukaan mereka. Jangan menang mulu dong, Ra. Kasian lawanmu. Kasian juga sama aku, aku jadi dibanding-bandingin terus sama kamu."
Alora berdecak, "Mangkannya kamu juga kuliah yang pinter, Ga. Aku titip salam ya buat Ayah sama Ibuk kamu di Jakarta."
"Males banget nyalamin. Kamu tuh tanding anggar di Kalimantan, di Aceh, sama di Palembang bisa, masa main ke Jakarta gak bisa." Gerutu Dirga.
"Loh namanya juga tanding, Ga. Iya deh nanti kalau aku ada libur lama aku usahain main ke Jakarta. Oh iya, Ga boleh tanya sesuatu?"
"Apa?"
"Kamu tau kabar Bara gak?"
Di ujung telepon Dirga nampak terdiam sejenak.
"Enggak sih, Ra. Kenapa?" Ujar Dirga berbohong.
"Gak kenapa-kenapa, cuma mau tanya aja. Barangkali kamu tau." Alora menelan salivanya berat, kemudian melanjutkan.
"Aku kangen banget, Ga sama Bara. Aku pengen ketemu Bara sekali aja." Suara Alora tiba-tiba berubah menjadi sedikit parau. Beruntungnya Mareta baru saja keluar dari kamar sebelum Alora memilih topik percakapan tentang Bara.
![](https://img.wattpad.com/cover/365332854-288-k92377.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBARA
Fanfiction"Jika menurut orang-orang definisi rumah untuk pulang akan selalu berbentuk manusia, maka aku harap kamu adalah satu-satunya manusia dan selamanya rumah berbentuk manusia itu untukku berpulang di masa lalu, masa sekarang, maupun masa mendatang." -NE...