Alora menguncir rambut hitam legam panjangnya, menyisakan beberapa anak rambut depannya yang sengaja ia jadikan poni samar di dahinya. Hari ini ia tampak manis dan cantik dengan sweater berwarna biru denim yang dipadukan dengan rok jeans selutut berwarna senada. Ah, memangnya kapan Alora Galea Yoli tidak terlihat cantik nan manis?
Tepat setelah Alora mengenakan flat shoes hitam yang hanya bisa ia kenakan untuk kaki kirinya itu, terdengar pintu kamarnya telah diketuk dari luar oleh Andre.
"Udah selesai, Ra?" Tanya Andre dari luar sana.
"IYA UDAH!" Jawab gadis itu sedikit berteriak agar Andre membuka pintu kamarnya.
Alora berjalan pelan sembari menyandang dua tongkatnya menuju ke tempat dimana Andre tengah berdiri.
"Pegang tongkat kamu, Ra." Instruksi Andre yang kemudian mengangkat tubuh Alora, menggendong gadis itu untuk menuruni anak tangga.
Siang ini Andre menepati janjinya untuk mengantarkan Alora ke asrama atlet, karena permintaan gadis itu. Bukan tanpa alasan, Alora membutuhkan beberapa barangnya yang masih ada di asrama, maka dari itu kemarin ia memohon pada Andre agar mau mengantarkannya ke asrama atlet untuk mengambil beberapa barang penting miliknya.
Setelah kurang lebih 20 menit mobil yang dikendarai Alora dan Andre berjalan, akhirnya mereka sampai di pusat kota. Arus lalu lintas terlihat ramai lancar pada hari selasa siang di jantung kota Bandung, namun cuaca terasa begitu terik hari ini. Bahkan sepertinya pendingin mobil seperti tidak berfungsi dengan baik.
Alora mengibas-ibaskan kedua tangannya di depan wajahnya ketika mobil sedan miliknya, ralat maksudnya milik mendiang Bundanya-Liana, berhenti di salah satu lampu merah kota.
Terlihat beberapa pedagang asongan tengah sibuk berkeliling dan berjalan menjajahkan beranekaragam barang, makanan, juga koran di antara kendaraan-kendaraan yang tengah berhenti.
"Ndre, kamu mau minuman dingin enggak?"
"Iya boleh," jawab Andre masih fokus memegang kemudi.
Alora membuka lebar kaca jendela mobilnya, kemudian melambaikan tangannya pada salah satu pedagang asongan yang tengah berkeliling menjual minuman dingin dan tisu.
"Boleh air mineral dinginnya dua Mang?"
Pedagang tersebut dengan sigap memberikan yang Alora minta.
"Berapa Mang dua?"
"Lima ribu aja Neng geulis."
Alora kemudian memberikan selembaran uang 20 ribu rupiah pada pedagang minuman tersebut.
"Ambil aja kembaliannya ya, Mang. Terima kasih."
"Eh? Hatur nuhun Neng." Jawab pedagang tersebut sumringah kemudian berlalu dengan ramah dari mobil Alora.
Baru saja Alora hendak menutup jendela mobilnya, seorang pedagang koran dari arah berlawanan dari mobilnya tiba-tiba mendatanginya dan menawarkan koran.
"Neng nih korannya sekalian atuh, tentang atlet anggar Bandung yang gagal juga masih ada atuh neng kalau belum baca. Tentang Bupati Bandung juga ada, neng. Artis Bandung terkenal yang gagal nyaleg juga ada neng."
Alora tersenyum canggung mendengar isi berita pertama yang ditawarkan oleh pedagang koran tersebut.
"Enggak Mang terima kasih banyak," tanpa basa-basi lagi gadis itu kemudian langsung menutup jendela kaca mobilnya.
Alora lalu menyodorkan satu air mineral yang dibelinya pada Andre. "Nih,"
"Makasih, Ra. Gak perlu diambil hati tentang berita tadi. Lagian heran masih ada aja koran yang ngebahas berita itu, padahal udah lama." Celetuk Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEBARA
Fanfiction"Jika menurut orang-orang definisi rumah untuk pulang akan selalu berbentuk manusia, maka aku harap kamu adalah satu-satunya manusia dan selamanya rumah berbentuk manusia itu untukku berpulang di masa lalu, masa sekarang, maupun masa mendatang." -NE...