|11| Rezeki Mata

390 65 4
                                    

"Bidadari-bidadari surga apakah engkau lupa sehingga kalian menikmati terbelenggu dalam getaran-getaran cinta anak manusia"

"Kalian ngapain natap aku kayak gitu? Aku ndak nyindir siapa-siapa. Aku baca cerita kok. Nih!" Delyn menunjukkan layar ponselnya yang menampakan untaian kata.

"Cinta remaja itu tipu daya, manis sesaat tapi membuat candu. Hingga kamu lupa dengan sekitarmu hanya sibuk dengan duniamu"

Kimmy dan Lanna menatap memicing

"Hati-hati nanti mata kalian keluar dari sarangnya, aku cuma baca lho... Ndak salah kan.."

"Bacanya biasa aja bisa?" Lanna menaikkan alisnya tinggi

Kimmy mengangguk menyetujui.

Delyn nyengir kemudian mengangguk pasrah.

Keempatnya kini sedang berada di atas pohon taman belakang yang belakang banget. Pohon mangga legend milik Bisallam yang sangat teduh dan memiliki cabang-cabang dahan kokoh.

Awalnya mereka hanya ingin bersantai ditaman umum belakang, tapi Kimmy yang tiba-tiba dapat hidayah ide yang cukup aneh yaitu mengajak ketiga sobatnya untuk bersantai di atas pohon.

Awalnya semuanya nolak. Lagian anak cewek yang sudah tingkat SMA macam mereka disuruh bergelantungan diatas pohon tentu bukan pemandangan yang menarik. Belum lagi risiko rok mereka bisa tersangkut.

Tapi, ketika terdengar riuh bergemuruh dengan tipe-tipe suara yang agaknya lebih dari dua orang, mereka sepakat untuk segera naik. Enggan jika harus bertemu dengan rombongan siswa yang belum mereka ketahui siapa.

"Itu mereka mau olah raga disini?" Tanya Lanna dengan suara yang lumayan pelan

"Kayaknya iya," Sahut Kimmy dengan suara lemah.

"Itu rombongan anak basket kan?" Delyn menyipitkan mata mencoba mengenali wajah-wajah yang sebagian lumayan familiar.

Erine mengangguk meski tidak ada yang melihat kearahnya. Erine yang sedari tadi diam ternyata juga ikut memperhatikan.

"Waaahhh apes nih kalo mereka latihannya lama disini. Encok-encok kita di atas ini." Kimmy mulai menyesali ide coba-cobanya bersantai di atas pohon.

"Masya Allah... Indah sekali ciptaan-Mu" Tiba-tiba Delyn berseru seraya menatap berbinar

"Astagfirullah... rezeki mata," Lanna menarik kedua temannya untuk sedikit menunduk. Kimmy dan Delyn agaknya terlalu semangat mengulurkan leher. Takut-takut terjerembab aja ke bawah.

"Kalo kayak gini aku jadi setuju sama kata-kata Nachia,"

"Kata-kata yang mana Kim?"

"Itu... Yang dosa dan pahala gak perlu di inget-inget kan sudah ada malaikat yang nyatat."

"Jangan kedip makanya Kim biar gak jadi dosa. Kata orang kalo kita gak sengaja lihat itu berarti rezeki. Kalo dua kali nanti dicatat jadi dosa. Makanya jangan kedip.

"Yang bener Lan,"

"Bener!!"

"Ya udah aku gak kedip deh..."

"Kotak-kotaknya..."

"Satu dua tiga empat lima enam tujuh lapan. Roti sobeknya ada delapan," Delyn menghitung dengan semangat.

"Nyaringin lagi suara kalian biar ketahuan ada kita disini!"

Ketiganya saling tatap meringis bersamaan menatap Erine.

Erine mendesah. Kemana perginya larangan-larangan tentang menjaga pandangan yang selama ini mereka pelajari.

Beberapa rombongan siswa kompak bertelanjang dada lari mengelilingi taman belakang. Apes bagi Erine, rezeki bagi Delyn, kimmy dan Lanna. Rezeki mata kalo kata mereka.

Dia! Adalah Ujian  ||Orine|| SELESAI||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang