|2| Serba-serbi Kehidupan Remaja 2

836 87 2
                                    

"Pa gak bisa dong! Papa gak bisa seenaknya gitu!!"" Oline protes keras

"Apanya yang gak bisa? Hah!!" Daniel Balas membentak "Apa kurang masalah yang sudah kamu buat?"

Oline mengusap wajahnya kasar. Oke dia tahu dia salah. Dia tahu kali ini apa yang terjadi sudah kelewatan. Tapi... Bukan berarti papanya bisa memutuskan kelanjutan hidupnya dengan seenaknya begitu saja. Oline merasa dia berhak ikut andil dalam kelangsungan hidupnya, masa depannya.

"Pa aku janji bakal berubah," Oline mengalah. Dia sadar semakin berontak dirinya maka papanya akan semakin keras. Toh temperamen keduanya sama.

"Ohh berubah?" Daniel mendengus pelan "Kapan?" Tanyanya lantang "Sudah berapa kali kamu berjanji?"

Oline membisu.

"Sudah berapa kali papa kasih kamu kesempatan? Sudah berapa kali papa jadi tameng kamu lepas dari semua tanggung jawab atas kesalahan kamu?!"

Oline menunduk, menangkup wajahnya dengan telapak tangan. Otaknya seolah buntu, apalagi melihat tatapan kecewa sang mama. Tapi dirinya juga tak ingin dikirim ke sekolah asrama, apalagi itu di luar pulau.

"Ayo Oline kamu sudah dewasa. Ini tahun terakhir kamu di SMA. Sudah saatnya kamu belajar mandiri. Bukan hanya sekedar hidup dan hura-hura."

Oline semakin resah saat mendengar nasehat mamanya. Mamanya tidak akan membentak,. tidak akan teriak-teriak. Tapi pembicaraan dari hati nan pelan seperti ini membuat dirinya tidak tega untuk membantah.

"Tapi ma..."

"Lihat mama nak,"

Oline meneguk ludahnya kasar. Tamat sudah.

Dia tidak masalah adu mulut dengan keras jika itu sang papa, tapi jika itu sang mama... Apalah dia apalah hanya seonggok makhluk kecil yang tak berdaya. Ibunya terlalu lembut jika harus mendengar bantahan kerasnya.

Oline mengangkat wajahnya menatap sang mama dengan rasa bersalah yang teramat dalam.

"Ini tidak terlalu buruk. Sekolah itu termasuk sekolah yang bagus. Dan kamu tahu sendiri, kamu disana juga tidak akan sampai satu tahun. Cobalah..."

Oline mengaku kalah, tatapan sedih itu, tatapan penuh harap itu, tak mampu hatinya tolak.

Hidup impiannya.... Akan lenyap.

===

Hari sabtu, tidak ada kegiatan belajar di gedung sekolah. Setelah selesai melaksanakan sholat subuh berjamaah dan mendengarkan kultum singkat, para murid kembali ke asrama masing-masing.

Hari sabtu adalah hari yang lenggang untuk para murid-murid. Hanya ada tiga kegiatan. Pagi setelah sholat subuh dan mendengarkan kultum. Siang jam 11.30 hingga dzuhur ada dzikir bareng. Dan sore dari ashar hingga magrib ada pengembangan diri.

Untuk kegiatan pagi seluruh tingkatan murid berada pada tempat yang sama. Yaitu Gedung Serba Guna Bisallam sendiri. Untuk kegiatan siang juga di tempat yang sama, hanya dipisah berdasarkan tingkatan dan gender. Sedangkan untuk kegiatan sore dilaksanakan ditempat yang berbeda baik berdasarkan tingkatan maupun gender.

Di sudut taman asrama putri, empat sekawan berkumpul. Erine, Kimmy, Delyn, dan Lanna sama-sama menggunakan setelah olahraga longgar berwarna gelap seperti bunga matahari di tengah ladang hijau. Bercahaya cerah dengan paras menawan.

Lokasi dibawah pohon rindang itu sudah menjadi tempat khusus mereka meski tanpa peresmian. Kegiatan seperti ini rutin mereka lakukan ketika weekend. Nongkrong-nongkrong santai setelah olahraga ceritanya.

Tentu lebih lama nongkrongnya dari pada olah raganya. Apalagi untuk Kimmy. Cewek yang memiliki nafsu makan terbaik di kalangannya itu tak sanggup jika harus memeras tenaga untuk olahraga yang berlebihan. Baginya 15 menit adalah waktu yang lebih dari cukup untuk menguras seluruh tenaga yang disimpannya selama lima hari sebelumnya.

Dia! Adalah Ujian  ||Orine|| SELESAI||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang