“Akhirnya…!” Teriak Oline setengah tertahan setelah menemukan Erine diruang BKS sendirian. Oline mencoba membuka pintu untungnya tidak terkunci.
“Hai…” Sapa Oline ketika kepalanya muncul dipintu dan kemudian masuk walaupun tidak dipersilahkan.
Oline buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Tak lupa menutup gorden jendela kaca tempat ia mengintip tadi. Gak ada niat macam-macam, hanya tak ingin kepergok atau diintip.
Tatapan datar nan dingin Erine mau tidak mau membuat Oline kurang nyaman. Oline tau kok Erine masih marah tapi… saat berhadapan dengan tatapan seperti itu membuatnya sedikit takut.
“Ngapain dikunci? Mau buat masalah lagi? Gak puas sama masalah yang kamu buat sebelumnya?!” Erine masih menatap Oline dengan datar.
“Erine aku minta maaf.” Oline duduk di kursi di depan meja Erine. “Aku benar-benar minta maaf. Aku tau apa yang aku lakuin kelewatan. Itu beneran gak sengaja.” Oline berucap dengan sungguh-sungguh. Dia benar-benar merasa bersalah.
Erine menghela napas. Sebelum kembali kesini dia sudah mengambil dua pilihan dari empat solusi yang dia buat sendiri. Sedikit nekat memang keputusan yang dipilihnya, akan tapi hidup tidak mungkin jalan ditempat bukan?
Pilihan harus diambil!
Resiko selalu ada. Lebih baik lagi jika dia tak perlu menyesalinya dikemudian hari.
“Ayo kita jadi teman,”
Oline melongo, perubahan ekspresi Erine terlalu tiba-tiba untuknya. Kalimat yang terucap pun cukup mengagetkan.
“Maksudnya?” Otak mungil Oline tidak bisa mencerna.
“Ayo kita berdua jadi teman,” Erine menatap berharap. Senyum tipisnya terbit, berharap Oline mempermudah semuanya.
"Heiii..." Erine melambaikan tangannya di depan wajah Oline, karena cowok itu malah melongo
"EH" Oline yang terpesona dengan senyuman yang... Jika diingat-ingat ternyata tak ingat kapan terakhir dia melihatnya.
"Kok diem?" Tanya Erine
"Sebentar...." Oline berusaha mengingat apa yang sebelumnya Erine ucapkan.
Baru disenyumin aja Oline sudah lupa daratan, apalagi kalo lebih!! Bahaya!
“Teman?” Oline menunjuk dirinya dan Erine bergantian setelah mengingat jelas pembicaraan mereka.
Erine mengangguk yakin.
“Kita berdua?” Tanya Oline lagi.
Erine kembali mengangguk.
“Kok!!” Oline bingung. “Maksudnya… Kita temenan??”
“Iya Oline!” Erine mulai greget
“Awalnya aja kan?” Kening Oline berkerut dalam. Mulai mikir dia.
Erine menggeleng. “Kita temenan layaknya teman.”
“Bentar…”Oline mengusap wajahnya kasar. “Bisa jelasin gak kenapa tiba-tiba ngajak temenan?” Oline bingung. Bukannya mereka selama ini sudah menjadi teman ya? Hanya saja ada sedikit ditambah bumbu pdkt dari Oline secara sepihak.
“Aku capek Lin.” Oline mulai tidak suka arah pembicaraan ini, ekspresi Erine seolah menunjukan sesuatu yang tidak baik kedepannya.
“Aku gak bisa terus-terusan ngeladenin keusilan kam~”
“Aku gak usil.”
Erine menghela napas, “Aku gak bisa terus-terusan kayak gini. Dengerin!!” Erine melotot saat Oline akan memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia! Adalah Ujian ||Orine|| SELESAI||
FanficTidak membuat masalah, bukan berarti terhindar dari masalah. Masalah lebih sering datang saat-saat... Saat-saat siempu hidup lagi pengen santai. Erine memiliki jalan hidup yang lurus meski tak semulus aspal, tapi tidak terjal. Sayangnya jalan lurusn...