"Nah"
"Njir apa nih?" Regie mengernyit menatap dua bungkusan yang berhasil ditangkapnya karena Oline melemparnya begitu saja. Dengan perlahan dia membuka salah satu bungkusan dan mencium aromanya.
"LO MAKE?? SEJAK KAPAN!! GILA YA LO LIN!! KALAU MAU NGERUSAK DIRI JANGAN KAYAK GINI LAH CARANYA!!" Regie ngegas menatap Oline marah
Oline memutar matanya malas kemudian merebahkan dirinya di kasur. "Bukan punya gue itu. Ya kali gue sebodoh itu buat ngerusak diri." Oline mendengus malah memejamkan mata.
"Terus??" Regie mengernyit "Lo dapat ini dari mana anjir!!"
Oline menghela nafas kemudian menoleh "Dari Erine. Erine dapat dari Larry. Dan Larry dapat dari loker kita berdua!!" Ucap Oline dengan jelas.
"HAH!!! Loker kita?? Kita berdua??" Mata sipit Regie melebar sebisanya
"Hmm"
"KOK BISA!! Gue gak pernah ya make-make ginian!! Senakal-nakalnya gue, gue masih tau batasan!" Regie bersungut tak terima.
"Emang Kimmy gak ngasih lo kabar??"
"Bentar... Apa hubungannya ini semua dengan kabar dari Kimmy?" Regie menatap bingung Oline. Sedangkan yang di tatap tetap rebahan santai sambil memejamkan mata.
"Ya siapa tau," Jawab Oline acuh.
"OLINE si anak brengsek lo kalau ngomong yang bener dong!! Jangan setengah-setengah!!" Regie mengguncang tubuh Oline kasar
Oline mendengus tak suka kemudian menarik tubuhnya hingga bersandar ke dinding. "Dengerin baik-baik yah..." Regie mengangguk.
"Duduk sana lo! Ngapain berdiri disitu!!" Oline menatap Regie aneh.
"Gue penasaran kampret!!" Meski begitu Regie tetap memundurkan tubuhnya kemudian duduk di kasurnya. Posisinya berseberangan dengan Oline.
"Kata Erine, Raka mau jebak kita berdua dengan naro barang itu di loker kita!"
"Jebak kita??" Kening Regie berkerut dalam. "Bentar Lin," Ucapnya serius "Itu barang kan bukan barang sembarangan, kenapa Raka bisa dapetin benda itu?"
Oline mengedikan bahu "Gue gak tau apa-apa soal tempat ini dan orang-orang disini! Jadi jangan tanya gue kenapa benda macam itu bisa masuk kesini!"
"Ini terlalu serius buat dianggap main-main." Regie mengusap-usap dagunya. Keningnya berkerut dalam tanda sedang berpikir.
Oline kemudian menceritakan bagaimana Erine bisa tau tentang asal-muasal benda ini ada di loker mereka berdua.
.
.
.
"Lo pernah denger hari apes gak ada di kalender?"
Oline mengernyit mendengar pertanyaan random dari Regie. Tapi tak lama ia mengangguk.
"Menurut gue itu juga berlaku buat hari keberuntungan seseorang,"
"Lo mau ngomong apa sih Gie? To the point! Gak usah muter-muter."
Regie mendengus. "Kita berdua lagi beruntung Lin. Si siapa tadi namanya? emm Nachia dia denger tentang ini. Kalau gak! LO bayangin aja. Bukan hanya dikeluarkan dari sekolah tapi kita bisa-bisa berurusan sama polisi." Regie bergidik ngeri. Senakal-nakalnya dia, gak pengen juga nyicipin tidur di bui.
"Belum lagi urusan emak-bapak. habislah hidup gue." Lanjutnya dengan ekspresi ngeri. Tak terbayang bagaimana kedua orang tuanya akan mengulitinya hidup-hidup.
"Lo kok kayaknya tenang-tenang aja Lin?" Regie bertanya dengan heran
"Gue lagi mikirin solusi yang bagus untuk masalah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia! Adalah Ujian ||Orine|| SELESAI||
FanfictionTidak membuat masalah, bukan berarti terhindar dari masalah. Masalah lebih sering datang saat-saat... Saat-saat siempu hidup lagi pengen santai. Erine memiliki jalan hidup yang lurus meski tak semulus aspal, tapi tidak terjal. Sayangnya jalan lurusn...