|10| Tentang Rasa

412 69 2
                                    

"Kamu dari keliling Rin?" Tanya Kimmy heran saat Erine baru saja masuk kamar. Pasalnya setau Kimmy hari ini bukan jadwal Erine piket.

Erine memandang Kimmy sebentar kemudian mengangguk.

Bohong dikit asal gak ketahuan

Kimmy menerawang sebentar kemudian mengangguk paham. Maklumlah Erine kan ketua jadi dia bisa saja menggantikan anggota yang seharusnya piket tapi berhalangan.

"Kamu harusnya bersyukur Lann bersyukur..." Delyn menyahut berapi-api.

Erine duduk di kursi belajarnya, mencoba memahami apa yag sedang dibahas ketiga sahabatnya.

"Kamu bisa bertemu dengan berbagai jenis bentuk laki-laki diluar sana. Dari yang ganteng, gaul, trendy dan kawan-kawannya itu. Coba kamu bayangkan! Bayangkan Lann! Betapa nelangsanya aku. Dari kecil hidup di yayasan. Mending yang sekarang, dulu yayasan yang aku tinggali khusus untuk perempuan aja. Gak ada satupun kaum adam di dalamnya kecuali kyai-kyai yang sudah pada sepuh." Delyn menerawang cemberut.

"Setuju aku sama apa yang dibilang Delyn Kamu harusnya bersyukur Lann, bisa berinteraksi bebas dengan lawan jenis diluar sana. Apalagi pacaran, aku juga penasaran gimana rasanya," Kimmy menopang dagu ikut menerawang.

Erine memutar matanya malas. Pembahasan yang tiap malam bergaung ini sepertinya tidak memiliki titik terang diantara ketiganya.

"Ya udah pada pacaran aja sana! Toh banyak kan yang pacaran diem-diem!" Sewot Lanna. Dikira enak apa meladeni terus-terusan orang yang tidak disukai, tapi terus-terusan mendapat perhatian berlebih seperti diteror. Nah akhir-akhir Lanna baru sadar bahwa perasaannya untuk dua bujangan yang ngasih perhatian lebih ke dirinya itu sepertinya tidak ada rasa istimewa sama sekali. Hambar saja.

"Iya banyak! Giliran ketahuan pada nangis-nangis." Jawab Kimmy acuh

"Laaah! Terus aku gak bakal ketahuan gitu kalo pacaran?"

"Ndak sama Lann... Ndak sama alias Beda..." Delyn menyahut gemas. Seharusnya Delyn bangga kelolaannya tidak sendiri tapi ia tak suka untuk kali ini. Saat keadaan seperti ini Lanna tidak boleh lemot.

"Tuuhhh!" Kimmy membenarkan. Meski otaknya bertanya apakah yang diucapkan Delyn itu akan sesuatu yang benar.

"Kamu kan kalo mau pacaran bisa sama orang luar. Bukan orang yayasan . Jadi kemungkinan ketahuannya kecil.."

Lanna memutar matanya malas. Dua temannya yang ngebet pengen ngerasain pacaran itu sudah berubah menjadi kolot. Melebihi ke-keras kepalanya Erine. Ngomong-ngomong soal Erine sejak masuk kamar tadi gadis itu diam saja.

Lanna memandang tiga temannya bergantian. Kompak sekali serunya, tak habis pikir. Sama-sama menopang dagu. Sama-sama dengan pandangan menerawang kening berlipat-lipat.

Lanna menghembuskan nafasnya kasar. Tak lama ia ikut duduk. Ikut menopang dagu dan ikut menerawang. Menerawang masa depan Delyn dan Kimmy yang sepertinya suram.

Bissalam adalah yayasan pada umumnya. Ada siswa dan siswi. Meski di kegiatan belajar pada umumnya antara laki-laki dan perempuan dipisah beda gedung tapi ada beberapa kegiatan yang membuat mereka berada disatu tempat. Meski tetap dalam pengawasan yang ketat.

Kantin, salah satunya. tapi tetap ada bagiannya masing-masing. Sebagian ruang untuk laki-laki dan ada bagian ruang untuk perempuan.

Namanya juga remaja yang sedang tumbuh, remaja yang sedang pada masa penasaran tinggi, remaja pada kondisi yang meledak-ledak bagaimanapun wujud pengawasannya pengawas-pengawas itu masih ada yang kecolongan. Masih ada yang curi-curi pandang, masih ada yang saling melempar senyum bahkan masih ada yang pacaran diam-diam.

Dia! Adalah Ujian  ||Orine|| SELESAI||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang