Seorang perempuan bersurai panjang masuk tergesa ke dalam sebuah bangunan dengan pintu kaca bergambarkan kucing dan anjing, didepan bangunan yang cukup besar itu terpajang plang bertuliskan Praktek Dokter Hewan tanpa ia pedulikan siapa nama dokter dan jam operasionalnya. Di tangannya ada seekor kucing yang terlihat lemas yang ia balut dengan scarf dengan merk terkenal.
"Tolong selamatkan dia!" Ucapnya lirih penuh khawatir, memberikan seekor anak kucing dengan bulu marble itu pada seseorang yang adalah staff disana.
"Ya ampun.. kenapa ini mbak?" Tanya perempuan di depannya. "Tertabrak? Keracunan? Tiba-tiba lemas? Diare?" Pertanyaan yang banyak itu justru tak membuat Sherina M Darmawan memiliki kesempatan menjawab. "Dokter.. dok.." dengan segera perempuan berkacamata tadi masuk ke ruangan lain membiarkan Sherina yang kebingungan itu mengikutinya.
Seorang pria dengan snelli yang membalut tubuhnya itu muncul dari ruangan lain. "Mana pasiennya?"
"Eh? Ini Dok!" Sherina menyerahkan anak kucing yang tak henti bersuara di tangannya. "Saya nemuin dia di pinggir jalan, sepertinya kaki belakangnya patah.." Sherina akhirnya dapat menjelaskan kondisi kucing yang dibawanya.
Sadam Ardiwilaga langsung memeriksa anak kucing tersebut, melepaskan scarf yang ia tahu itu adalah scarf mahal. Ia melirik Sherina sesaat, terkekeh dan menggelengkan kepalanya bersamaan "Scarf mahalnya sampe rela dia pake buat ngebalut kucing.." batinnya.
"Kayaknya dia tertabrak orang.." Sherina bergumam saat melihat kaki kecil kucing itu di periksa dengan seksama. "Dia bisa sembuh kan?"
"Kita harus lakukan x-ray untuk tahu keadaan tulang pada kaki belakangnya dan langkah apa yang perlu kita ambil.."
"Oh? Ya lakukan saja Dok, apapun.. yang penting dia selamat.." Sherina menimpali dengan begitu menggebu, ia sangat berharap kucing kecil yang membuatnya merasa iba itu bisa di selamatkan.
Sadam mengangguk, mengusap kepala kucing yang mulai terlihat tenang itu. "Ya sudah kita periksa lebih lanjut dulu ya mbak-" lalu Sadam terlihat ragu meneruskan kalimatnya ketika terlintas ingatan masa SD yang memunculkan nama manusia di hadapannya "mbak, Sherina kan ya?" Matanya berbinar ketika berhasil menyebutkan nama itu.
Wajah cantik yang terlihat bercahaya itu mengerutkan kening terlihat berpikir. "Iya, saya Sherina. Dokter-" matanya kemudian reflek membaca name tag yang terpasang pada snelli yang di kenakan pria didepannya. "Sadam Ardiwilaga, kan?"
Sadam terkekeh "kamu masih inget aku ternyata!" Ucapnya.
"Ha? Saya baca... Ini nama Dokter kan?" Sherina tertawa canggung, jemarinya menunjuk pada name tag yang di pakai Sadam. "Kita kenal ya?" Pertanyaan Sherina kali ini mengundang gelak tawa dari perempuan berkaca mata di antara mereka.
"Kiki! Udah cepat lakukan x-ray dulu.." Sadam membuat perempuan itu dengan segera membawa kucing kecil di tangannya berpindah ke ruangan lain.
***
Keputusannya kucing kecil yang akhirnya mereka namai Marble itu harus di rawat untuk kemudian diberikan tindakan operasi pada salah satu kaki belakangnya yang patah.
"Kita tuh kenal ya?" Pertanyaan itu terdengar lagi dari bibir perempuan berpakaian modis yang tengah sibuk menyelesaikan administrasi. Sedangkan Sadam berdiri di sebelahnya setelah menjelaskan kondisi Marble.
"Dulu kamu sekolah di SDK Paulus 3 Bandung kan?" Jawaban Sadam kali ini membuat Sherina mengerjap, beberapa kali mulutnya menyebutkan nama Sadam dengan pelan. Berusaha mengingat Dokter Hewan di hadapannya ini.
"Sadam? Sadam Ardiwilaga yang terkenal nakalnya itu kan???" Jawabnya antusias saat ingatannya terkumpul sempurna.
"Ah? Itu... Hahaha yang di ingat nakalnya ya, Sher?" Sadam mengusap tengkuknya canggung. Keduanya melangkah keluar dari klinik hewan milik Sadam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Jiwa
FanfictionKaulah bidadari yang menari Bawa diriku terbang bersama angan Namun tak selamanya semua kan jadi indah Matamu berbicara, kisah kita mungkin berakhir indah.