7

176 16 26
                                    

Nyatanya cinta bukan hanya sekedar lima huruf yang di rangkai menjadi sebuah kata.

***

Sherina terlihat sibuk mengisi ulang dispenser otomatis berisi makanan kucingnya, lalu menuang air ke dalam benda lain di sebelahnya. Kegiatan yang rutin ia lakukan setiap pagi selain membersihkan literbox anak-anak bulu itu. Ia terperanjat saat Simas mengusapkan kepala pada kakinya, membuat Sherina yang sudah akan beranjak dari ruangan khusus untuk tempat tinggal dua kucingnya itu kembali menundukkan badan.

"Kenapa Simas?" ucapnya sambil mengelus kepala Simas penuh sayang membuat kucing itu berguling di lantai menunjukkan perutnya. "Iiihh.. sengaja banget biar ibu gak pergi yaa??" digelitikinya perut kucing berwarna oranye itu, gemas.

Seekor yang lain tak mau kalah, Simba terdengar beberapa kali mengeong kencang seolah menunjukkan protes merasa tak di perhatikan. "Ooooo.. Simba mau juga di usap-usap? Sinii siniii..." Sherina mengisyaratkan dengan tangannya agar Simba mau mendekatinya. "Ya udah deh, ibu pergi agak siang hari ini.. Ayo.." akhirnya ia membawa dua makhluk berbulu itu keluar dari sana menuju ke ruang tengah.

Jika awalnya Sherina pikir Simba mengeong kencang karena mencari perhatiannya, sepertinya Sherina keliru. Simba masih terus mengeong marah meski masih mengikutinya. "Apaaa? Simba kenapa? Kok kesel gitu sih naaaak?" Bahkan saat Sherina berusaha mengelusnya Simba menghindarinya dan kembali mengeong kencang sambil terus berjalan kesana kemari seolah sedang mencari sesuatu atau mungkin seseorang?

"Simas, itu Simba nyari apa sih? Kenapa? Kalian berantem nih?" Simas yang di tanyai tak bereaksi apapun, kucing oranye itu hanya sibuk memandangi wajah Sherina.

"Sadam??? Simba cari Sadam??" ucap Sherina saat Simba sibuk mengeong dan berputar-putar di atas sofa tempat yang Sadam duduki sambil memangkunya semalam. "Astagaaa.. bisa-bisanya kamu!" Sherina menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan kucing betina nya itu. "Sadam sibuk! Main sama ibu dulu aja ya?!" perempuan itu mencoba menghampiri Simba yang masih sibuk menggulingkan tubuhnya di atas sofa.

"Kamu suka sama Sadam ya? Baik ya dia? Ya pasti baik sih, dia itu dokter hewan.. Banyak bantu teman-teman kalian yang sakit.. Hari minggu nanti kalian punya adik baru, namanya Marble, baik-baik ya sama dia.. Ibu nemuin dia di jalan sama kayak kalian dulu..bedanya marble terluka dan harus di rawat.. kebetulan waktu itu klinik paling deket ya tempatnya Sadam itu, akhirnya ibu bawa dia kesana bukan ke rumah sakit hewan tempat yang kalian biasa kunjungi.." celoteh Sherina, menatap dua anak bulu itu bergantian.

Pikirannya mengawang, Sadam jelas berhasil membuka hatinya namun apakah bisa? Sherina paham betul ini akan menjadi sesuatu yang kian rumit kedepannya tapi ia bahkan baru saja memulai. Perempuan itu melamun, berpikir meski tangannya tetap mengusap Simas yang duduk dilantai tepat di sampingnya membiarkan Simba sibuk mendengkur kencang meski tetap tak bisa duduk tenang hingga dering handphone nya memekik membuat Sherina terperanjat, beranjak dari tempatnya lalu menyambar benda pipih itu dari atas meja makan. Hanya dengan menemukan nama Sadam yang muncul disana saja bisa membuat hatinya berdebar tak karuan takut isi pikirannya bisa terbaca oleh laki-laki itu meski hanya dari video call.

"Pagiii..." 

"Hai, pagi.."

"Lagi apa nih ibu nya Marble?"

"E..eh? Lagi main aja sih sama Simas - Simba.."

"Gak ke galeri? Ngomong-ngomong, maaf ya hari ini aku gak bisa anter kamu dulu.. ada pasien urgent kucing ketabrak jadi pagi ini buka praktek sedikit lebih pagi karena harus segera ambil tindakan.."

Hasrat JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang