10

160 13 32
                                    

Setidaknya bahagia pernah singgah bersama hadirnya kamu di kehidupanku.

***

Hujan sudah berhenti turun sejak satu jam yang lalu, namun Sadam masih enggan beranjak dari tempatnya. Duduk bersandar di sofa bersama Sherinanya. Jika saja sang mami tak mengiriminya pesan sepertinya ia akan memutuskan untuk tidak pulang malam ini dari rumah nyaman milik kekasihnya itu. Pada akhirnya pria itu menyambar jaket miliknya untuk ia kenakan.

"Duh, males banget pulang aku tuh sebenernya.." keluh Sadam.

"Pulaaang, hujan nya aja udah berhenti kok.. Kan lusa ketemu lagi, ke bogor.." ucap Sherina mengingatkan rencana untuk berkunjung ke shelter milik Tiko di Bogor sana.

"Besok gak boleh emang kalau mau ketemu lagi?" Sadam kali ini mengenakan sarung tangannya.

"Ya boleh aja kalau kamu ada waktu.." Sherina ikut beranjak untuk mengantarkan Sadam keluar dari rumahnya.

"Ya ada dong sayang, selesai praktek aku kesini ya besok! Eh, tapi kamu gak kemana-mana?"

"Gak ada rencana pergi kemana-mana sih, paling besok aku mau beli alat-alat lukis yang udah habis aja.. Kamu mau temenin gak?"

"Cari alat-alat lukis?" Sherina mengangguk dengan wajah penuh harap. "Tentu mau dong! Sore ya!" kali ini Sherina mengangguk dengan senyum terkembang di wajahnya. "Ini beneran kamu gak apa-apa aku tinggal sendirian Sher? Kalau mati lampu lagi gimana?"

"Gak apa-apa.. Ada flash handphone atau bisa jadi nanti aku udah langsung tidur setelah kamu sampai ke rumahmu.." jawab Sherina santai agar tak membuat lelaki itu terlalu mengkhawatirkannya.

"Langsung tidur biar ketemu aku lagi di mimpi kan??" ucapan Sadam ini membuat keduanya terkekeh. "Ya udah aku pulang ya, hati-hati di rumah. Ayo kunci dulu gerbangnya.." Sadam melangkah mendekati motornya lalu memundurkan kendaraan roda dua itu, memarkirnya di depan gerbang rumah Sherina.

"Kamu hati-hati ya, jangan lupa kabarin aku kalau udah sampe!" Sherina lalu menarik pintu gerbang sesuai dengan yang di minta Sadam sebelum pria itu kembali mendekatinya.

"Helm ku!" ucapnya.

"Ya ampun.." Sherina lalu melangkah ke arah teras rumah, mengambil dua helm yang tergeletak disana. "Ada lagi yang ketinggalan gak?" tanyanya saat menyerahkan dua benda itu ke tangan Sadam.

"Ada, tunggu.." menyampirkan dua helm itu pada stang motornya, Sadam lantas kembali mendekati Sherina. "Hati aku ketinggalan!" ucapannya ini berhasil membuat Sherina tertawa bersamaan dengan tepukan ringan di pundak Sadam. "Peluk kek sebentar, malah di pukul akunya." Sherina lagi-lagi tertawa lalu memeluk Sadam di hadapannya.

"Udah sana pulang, nanti kemaleman! Hati-hati ya!" ucap Sherina sebelum akhirnya melepas pelukannya. Sadam tersenyum, meski berat hati ia akhirnya meninggalkan Sherina disana.

***

"Ini gak di beli Sher?" Sadam menunjuk satu set kuas di hadapannya. Sherina yang tengah melihat-lihat beberapa cat akrilik di tangannya itu menggeleng. "Gak perlu?"

"Kuas di rumah yang baru masih banyak sayang.." ujar Sherina memasukkan beberapa box cat akrilik berisi 12 ke dalam troli "Aku kan udah ada list belanjaannya juga ini, jangan nambah-nambahin yang gak perlu di beli." sambungnya.

Hasrat JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang