Ada yang terlihat sedang mencoba biasa saja, walaupun sebenarnya ia sedang menahan sakit yang luar biasa.
***
Sherina keluar dari kamar dengan penampilannya yang sudah rapi di Jumat pagi ini, membuat Sadam yang sudah duduk di meja makan setelah menyiapkan sarapan yang di bawanya dari rumah menatapnya dengan heran.
"Kamu ada acara pagi ini? Kok gak bilang?"
Sherina menggeleng, mendekat ke arah Sadam kemudian duduk di hadapan laki-laki itu. "Gak ada, abis kamu berangkat ke klinik nanti aku mau ke makam ibu." Jawabnya "Makasih ya sarapannya!" Sherina menyendok makanan yang sudah tersaji di piring tepat di hadapannya. "Masakan mami emang gak pernah gagal!" Ucapnya.
"Ke makam ibu? Ada peringatan apa?"
"Dulu bahkan setiap hari jumat aku kesana. Ngobrol aja sih.."
"Ngobrol??"
Sherina mengangguk, lalu tersenyum mengingat bagaimana ia dulu begitu sering mengunjungi makam mendiang ibu nya jika ia sedang berada di Indonesia. Menceritakan segala hal baru yang di alaminya selama di Jepang, laporan setiap progres yang di capainya di hadapan nisan bertuliskan nama ibunya.
"Dulu, hanya dengan begitu, aku jadi merasa tidak sendirian." Jawab Sherina. "Udah lama juga aku gak kesana, buat cerita kalau berhasil bikin pameran aja belum, padahal pamerannya udah sebulan lewat." Sherina menggeleng. Tidak, ia tidak melupakan ibunya, hanya kehadiran Sadam di hidupnya membuat ia kini merasa kembali memiliki seseorang yang nyata, untuk menemani melewati semua momen di kehidupannya. "Sekalian aku mau cerita kalau besok kita mau adain kegiatan sosial, bantu steril kucing-kucing jalanan.." senyum Sherina terkembang membayangkan jika ibunya masih ada pasti perempuan itu akan ikut sibuk bersamanya.
"Aku anter ya? Aku temenin.." ujar Sadam.
Sherina menggeleng. "Gak usah.. aku mau bawa mobil sendiri. Kamu gak kasihan itu mobil jarang banget aku pakai. Terakhir waktu nganter kamu pulang, hampir dua minggu lalu."
"Sekalian aku kenalan sama ibu.."
Sherina meraih sendok di piring Sadam. Pria itu sedari tadi belum juga menyantap makanannya. "Makan dulu Dam." Mengarahkan sendok ke mulut Sadam. "Nanti aku ceritain kamu ke ibu. Tapi seharusnya ibu udah tahu sih.." ujar Sherina "Orang hampir tiap hari kamu kesini!" Lalu ia terkekeh.
"Tapi yang-"
"Dam, besok kan ketemu lagi, di Bogor.."
Bukan Sadam jika tak merajuk ketika keinginannya di tolak, "Kamu udah gak sayang aku ya? Selama kita pacaran, minimal di ajak ke makam ibu kek kalau ketemu ayah gak bisa.."
"Kamu ada praktik loh Yang.. lama-lama itu klinik jadi punya si Kiki."
"Praktik nya siang cinta.." Sadam menghentikan tangan Sherina yang baru saja akan menyuapkan lagi makanan ke arahnya. "Ya? Boleh ya?"
Sherina mengangguk pasrah. Setelahnya Sadam mengepalkan tangan berucap 'yes!' merasa menang.
Dan disinilah mereka sekarang, berjalan masuk ke area pemakaman setelah memarkir mobil milik Sadam. Terlihat beberapa orang tengah duduk di samping makam keluarga mereka. Ada yang terlihat begitu khusyuk berdoa, ada juga yang menangis tersedu sendirian, seperti yang dulu pernah, bahkan sering Sherina lakukan setiap kali ia mengunjungi gundukan tanah berumput milik ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Jiwa
FanfictionKaulah bidadari yang menari Bawa diriku terbang bersama angan Namun tak selamanya semua kan jadi indah Matamu berbicara, kisah kita mungkin berakhir indah.