24

148 12 23
                                    


Waktu yang kita lalui saat ini tak mungkin untuk kita lalui kembali nanti. Kelak kita hanya bisa mengingat setiap kenangan yang tercipta di saat ini.

***

Sadam terlihat gelisah setelah menerima telepon dari Sherina yang terdengar menangis meminta Sadam untuk menunggunya pulang, hampir satu jam berlalu, perempuan itu tak juga sampai di rumahnya. Sadam memutuskan untuk menunggu di teras rumah, sekali lagi mondar-mandir tak tenang dan setelahnya berlari untuk membuka pintu gerbang ketika melihat mobil yang di kenalnya sudah berada di sebrang.

Sherina dengan segera memarkir mobilnya ketika Sadam sudah membukakan gerbang saat ia tiba. Sekali lagi berteriak meluapkan marahnya, tangannya memukul stir mobil yang sepanjang jalan di rematnya kuat. Membuat Sadam yang sudah menunggunya keluar dari mobil itu semakin merasa khawatir. "Sayang.." panggil Sadam, mengetuk pelan kaca berharap perempuan itu segera turun dari mobilnya.

Sherina berhambur memeluk Sadam dengan sesak tangisan yang berusaha di tahannya. "Maafin aku Dam, maafin aku!" gumamnya dengan pelukan yang kian erat. Meski berusaha keras menahan, air

"Hei? Kenapa sayang? Ada apa?" Sadam sedikit menarik tubuh Sherina agar bisa kembali menutup pintu mobil, lalu mengusap punggung perempuan itu berusaha sedikit menenangkannya. "Kita masuk ke rumah dulu ya?" meski bukan kali pertama melihat perempuan itu menangis, namun kali ini tangisannya begitu terdengar menyesakkan bagi Sadam. Membawa Sherina masuk ke dalam rumah, mendudukkannya di sofa ruang tv, lantas Sadam duduk di lantai, di hadapan perempuan yang kini meremas kuat tangannya.

Menyadari ada benda asing melingkari jemari Sherina nya, Sadam mengembangkan senyum, bukan berarti ia tak sakit hati, ia hanya bingung apa yang harus di lakukan sekarang? Sherina nya sudah terikat dengan orang lain dan itu artinya waktu yang ia miliki bersama Sherina akan segera berakhir.

Menyadari ada benda asing melingkari jemari Sherina nya, Sadam mengembangkan senyum, bukan berarti ia tak sakit hati, ia hanya bingung apa yang harus di lakukan sekarang? Sherina nya sudah terikat dengan orang lain dan itu artinya waktu yang ia mi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja Sadam berusaha melepas tangannya dari genggaman Sherina seketika itu juga perempuan itu buru-buru mengeratkan genggamannya lagi, seolah tak ingin Sadam pergi dari hadapannya.

"Aku ambilkan kamu minum dulu sebentar cintaku.." Sadam mengusapkan ibu jarinya di jemari Sherina, ada ngilu yang menambah sakit di hatinya ketika ia memanggil Sherina dengan panggilan sayangnya "Sebentar ya?" Genggaman itu akhirnya melonggar, Sadam beranjak meninggalkan Sherina yang masih terisak di tempatnya. "Di minum dulu, biar sedikit lebih tenang." Sadam menyodorkan segelas air putih ke arah Sherina, mengusap kepala perempuan itu penuh sayang. Make up yang merias wajah Sherina sore tadi terlihat berantakan saat ini. Sadam berbalik, meraih beberapa lembar tisu untuk menyeka jejak air mata di wajah cantik...masihkah Sadam bisa menyebut Sherina sebagai kekasihnya?

Mengambil alih gelas yang sudah kosong, kembali menatap wajah Sherina dari posisi duduknya di lantai. "Sudah bisa cerita?" Tanya Sadam pelan ketika di rasanya Sherina sudah jauh lebih tenang meski setelah pertanyaannya terlontar, air mata itu kembali mengalir.

Hasrat JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang