Kamu adalah seseorang yang membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Namun bersamaan dengan itu kamu mengajakku ke titik tertinggi dari mencintai, yaitu mengikhlaskan dan perlahan melepaskan.
***
"Di cek Ki, di situ ada berapa banyak pet cargo?" suara Sadam dari ruang tengah terdengar ketika Sherina baru saja kembali setelah mandi di hari yang sudah mulai gelap ini.
"Iyaa mas, abis ini saya cek. Buat kapan sih emang?"
"Dua minggu lagi tapi kan sudah harus mulai di siapin. Kalau sudah tahu kurangnya berapa kita masih bisa cari sisanya.. nurut aja kenapa sih Ki? Lagi sibuk banget emang di klinik?"
"Eehh kok gitu ngomongnya.." Sherina mengambil tempat di samping Sadam.
"Iya maaas iyaaaa.. ya sibuk lah pengem ceept-cepet beres, saya mau pacaran juga! Hai mbak Sher!" Kiki melambaikan tangannya saat melihat Sherina duduk di samping Sadam.
"Hai Ki, nanti kamu ikut juga yaaa!" Ujar Sherina ramah.
"Hehe.. saya sama Didit pasti ikut bantu mbak, gak usah khawatir.."
"Ya udah sana cek dulu pet cargo ada berapa! Saya tunggu ya Ki! Mau meeting nih!"
"Ya ampuunn, iya mas iyaaa.. sudah dulu dong kalau gitu biar bisa langsung saya cek sekarang!"
"Hmmm thanks Ki!" Ucap Sadam lalu mematikan sambungan video call nya. "Wangi banget sayangnya aku.." ujarnya sebelum mengecup singkat pelipis sebelah kanan Sherina. "Siap-siap buat zoom meeting sebentar lagi.." Sadam mengusap punggung tangan perempuan itu sebelum meraih laptop di hadapannya.
"Aku ambil laptopku dulu ya.. Kamu mau zoom disini? Aku di kamar yaa.." ucapan Sherina membuat Sadam mengernyit heran.
"Satu laptop bareng aja Sher.. kenapa pisah-pisah??" Tanya nya.
Sherina yang sudah berdiri dan hendak menuju ke kamarnya itu berhenti sejenak menatap Sadam. "Gak enak Dam.. kan cuma sebentar, yang penting masih di satu atap kan kita?" Sherina kemudian berlalu tanpa memberi Sadam kesempatan untuk memprotesnya.
Sepanjang zoom meeting keduanya berinteraksi secara profesional, Sherina sebagai donatur dan Sadam sebagai dokter yang akan bertugas bersama Rebecca sedangkan Tiko yang akan mengkoordinasi berapa banyak kucing yang akan mereka berikan tindakan.
"Kalau begitu, lusa aku sama Sher ke sana untuk antar beberapa pet cargo sekalian kita atur tata ruang untuk ruangan praktek dan ruang rawat kucing-kucing pasca tindakan ya kak?" ucapan Sadam ini membuat Tiko menganggukan kepala begitu juga dengan Sherina.
"Becca bisa dateng juga kan? Biar enak atur ruangannya. Pasang dua meja tindakan kan nanti?" Ucapan Sherina ini membuat Rebecca melirik agenda nya.
"Bisa kok, tapi gak lama gak apa-apa kan? Soalnya lagi prepare untuk pelayanan di gereja juga."
"Gak apa-apa yang penting nanti kamu sama Sadam sama-sama oke aja sama posisi meja tindakannya, untuk ruangan lain mungkin cukup kak Tiko yang atur." Ucapan Sherina kali ini entah kenapa membuat Sadam tak enak hati.
"Oke deh nanti kabarin aja kali ya pada jalan ke lokasi jam berapa biar aku menyesuaikan.." Ucapan Rebecca ini seperti akhir dari diskusi mereka mengenai program steril masal yang akan mereka gelar. Sadam menutup laptopnya, sedikit gelisah menunggu Sherina keluar dari kamarnya.
"Kalau nanti ruangan aku sama Becca di pisah aja gimana Sher?" Peryanyaan Sadam terdengar ketika Sherina baru saja muncul dari dalam kamarnya. Bahkan belum benar-benar keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Jiwa
FanfictionKaulah bidadari yang menari Bawa diriku terbang bersama angan Namun tak selamanya semua kan jadi indah Matamu berbicara, kisah kita mungkin berakhir indah.