Apa yang harus ku lakukan ketika kini dapat ku lihat tetesan darah setiap kali ia tersenyum?
***
Sadam berdecak kagum melihat lukisan yang memiliki tema yang berkesinambungan di hadapannya. "Nyawa dan Harapan", membaca keterangan judul itu membuat Sadam mengernyit, lalu menatap Sherina yang berdiri disampingnya, menatap lurus pada hasil karyanya sendiri dengan senyuman terukir di wajah cantiknya. Sadam mengamati kelima lukisan itu dengan seksama, lukisan pertama terlihat burung merpati yang melebarkan sebelah sayapnya dengan seorang anak perempuan berlindung di bawahnya. Lalu beralih pada lukisan Anak perempuan yang berada dalam cengkraman cakar merpati yang membuka lebar sayapnya yang tengah terbang menembus awan. Beralih lagi, anak perempuan tadi berubah menjadi sosok gadis yang menadahkan tangannya, sedangkan merpati putih itu menggigit cacing di mulutnya, seolah akan memberikannya pada anak gadis berbaju putih di depannya. Sadam masih berusaha menebak, menyambungkan setiap gambar dengan judul yang lebih dulu ia baca sebelumnya. Lukisan ke empat. Gadis itu terlihat berlari dengan merapati putih berada di belakangnya, yang terakhir terlihat perempuan dengan dress putih itu tengah menari dan sang merpati terlihat terbang disampingnya.
Jika pada awalnya Sadam berusaha menebak makna dari kelima lukisan di hadapannya, Kini ia membuka suara, mencari jawaban dari rasa penasarannya. "Nyawa dan Harapan.." Sadam menumpu sebelah tangannya dengan satu tangan lain yang terlipat di dadanya, mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu. "Hubungannya apa sama merpati dan anak perempuan, mmmm.. perempuan di sini?" Pertanyaannya membuat Sherina tersenyum. Sadam yang terlihat banyak tahu tentangnya itu sepertinya tak mengetahui tentang kematian ibunya.
"Merpati itu merepresentasikan ibuku." Jawaban singkat Sherina semakin membuat Sadam mengernyit, menatap bergantian pada lukisan dan perempuan di sampingnya. "Nyawanya boleh pergi, anak perempuan itu boleh di tinggalkan tapi tidak dengan harapannya." Keduanya saling menatap setelahnya. "Dua belas tahun lalu, ibuku meninggal. Awalnya kupikir kehidupanku akan terhenti setelahnya, tapi ternyata tidak. Waktu sama sekali tak bisa memberiku jeda. Meski ragu, pada akhirnya aku pergi ke Jepang, belajar animasi dan seni lukis disana demi melanjutkan harapan ibu untuk menjadi seorang pelukis yang punya nama besar." Sherina bercerita singkat tentang perjalanan melukisnya dengan senyuman yang sama sekali tak sedikit pun hilang dari wajahnya. Senyuman yang kini justru terlihat berbeda di mata Sadam.
Sherina kembali menatap lurus pada lukisan yang terpajang di hadapannya. "Ini adalah bagian terdalamku, titik awal terjadinya pameran hari ini. Itulah kenapa ini kuletakkan di bagian paling dalam gedung ini, karena tak semua orang akan mengetahui ini. Aku rasa kalaupun ada yang masuk ke area ini, mereka pasti akan bingung dengan tema dan lukisannya. Sama kayak kamu." Sherina menoleh singkat ke arah Sadam dengan sudut mata yang terlihat basah.
Sadam tiba-tiba merangkul Sherina, menepuk pundak perempuan itu pelan seolah menyalurkan kekuatan disana. "Dan gak semua orang beruntung bisa mengetahui cerita di balik lukisannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Jiwa
FanfictionKaulah bidadari yang menari Bawa diriku terbang bersama angan Namun tak selamanya semua kan jadi indah Matamu berbicara, kisah kita mungkin berakhir indah.