Ternyata begini rasanya memiliki segalanya, namun tidak dengan keluarga.
***
Sherina kembali menghampiri Sadam di ruangan milik kucing-kucingnya dengan dress putih bermotif bunga dan rambut yang tergerai. Wangi khas dari parfum yang di kenakan perempuan itu membuat Sadam dengan segera menolehkan kepalanya ke arah pintu.
"Ish cantik banget ibu nya Marble!" Pria itu dengan segera berdiri "Mau ketemu camer ya neng?" ucapannya ini membuat Sherina tersipu. "Ish malu-malu..." jari Sadam mencolek dagu perempuannya.
"Udah ayo berangkat!" ucap Sherina setelah menepis pelan tangan Sadam.
Sepanjang jalan Sadam beberapa kali menoleh ke arah Sherina dengan laju mobil yang sengaja ia pelankan. Perempuan di sebelahnya ini terlihat lebih cantik dari biasanya.
"Sayang, lihat jalannya yang bener! Dari tadi malah ngelihatin aku mulu!" Sherina kali ini mendorong wajah Sadam yang lagi-lagi menolehkan wajah ke arahnya.
Senyuman lebar di wajah Sadam terlihat. "Lagian kamu cantik banget kalau lagi mode anggun gitu!"
"Jadi kalau lagi pakai dress aja cantiknya?"
"Kamu pakai apa aja juga cantik Sher di mata aku!"
Setengah perjalanan di isi keheningan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sherina yang gugup dengan apa yang akan ia hadapi dan Sadam yang menyadari jika tak mungkin bisa untuk membawa Sherina lebih jauh dalam kehidupannya.
Bu Ardiwilaga menyambut kedatangan Sherina dengan begitu hangat bahkan sejak mobil Sadam memasuki garasi di bagian kiri rumahnya, perempuan itu sudah terlihat berdiri di teras depan.
"Akhirnyaaa datang kesini juga Sher.. Ya ampun.. Cantik sekali.. Apa kabar?" tanya bu Ardiwilaga setelah memeluk Sherina.
Perempuan itu sejujurnya merasa terharu, andai di ijinkan ia ingin memeluk wanita di hadapannya satu kali lagi untuk sedikit menumpahkan tumpukan rindu pada sosok seorang ibu. "Baik mi, mami apa kabar?"
"Eeeehhh.. sudah datang tamu spesialnya Yayang nih?!" Suara berat pak Ardiwilaga membuat mereka bertiga mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Pria berambut ikal dengan helai yang sudah mulai memutih itu tersenyum ramah membuat Sherina beralih menyalami tangannya. "Sehat Sher? Gimana tadi di panti? Seru?"
Sherina mengangguk. "Anak-anak senang sekali mendengar dongeng dari Sadam."
"Malah berubah cita-cita semua tadi pi, pada mau jadi dokter hewan semua tiba-tiba.." sahut Sadam.
"Ayo masuk.. masuk.. Kamu gak mau mandi dulu Yang? Pacarnya cantik begini kamunya kok lepek sekali.. malu atuh.." kalimat bu Ardiwilaga ini di sambut kekehan dari yang lain sedangkan Sadam mengacak rambutnya lalu menarik kerah tshirt nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Jiwa
FanfictionKaulah bidadari yang menari Bawa diriku terbang bersama angan Namun tak selamanya semua kan jadi indah Matamu berbicara, kisah kita mungkin berakhir indah.