Biarkan kisah ini berakhir dengan waktunya.
***
Sadam memasuki rumah yang masih terasa sepi itu, meski harum masakan dari arah dapur menyebar di ruang tengah, tempat dimana Sadam berdiri sebelum melangkah naik menuju kamarnya.
"Dari mana kamu semalam Dam?" suara papinya membuat langkah Sadam seketika terhenti.
"Rumah Sherina pi.."
"Putus?"
Sadam menggeleng lalu melanjutkan langkahnya. Sedangkan pak Ardiwilaga hanya menggelengkan kepalanya.
"Gak usah di paksa buat putus pi, mereka udah dewasa, mami yakin mereka sendiri juga sadar kalau mereka gak bisa bareng-bareng.." Kali ini satu-satunya wanita di rumah itu muncul dari arah ruang makan, di ikuti sosok berbulu putih di samping kakinya. "Udah, ayo sarapan dulu!"
Tepukan halus di punggungnya membuat pak Ardiwilaga menghela nafas pelan, "Papi cuma gak mau lihat Sadam patah hati lagi mi!"
Kedua orang tua itu jelas tahu bagaimana susah payahnya membuat anak tunggal mereka kembali pada kehidupannya setelah di tinggal pergi untuk selamanya oleh sosok cinta pertamanya. Kali ini jika harus mengulang kisah yang nyaris akan berakhir sama rasanya jadi lebih memilukan bahkan hanya dengan membayangkannya saja.
"Mami paham, tapi ya pelan-pelan pi, setidaknya andai mereka putus nanti itu karena keduanya sudah merasa cukup." bu Ardiwilaga mengelus pundak suaminya, "Mami panggil Sadam dulu sebentar."
Wanita berwajah lembut itu mengetuk pelan pintu kamar putranya, "Yang, mami masuk yaa.." mendorong benda putih itu sebelum melangkahkan kakinya masuk ke ruang pribadi milik Sadam. Terlihat anak lelakinya itu menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang, masih mengenakan tshirt berwarna biru muda, warna yang tak pernah bu Ardiwilaga lihat pernah di kenakan anaknya. Perlahan mendudukkan diri di samping tubuh putranya, lantas tangannya mengusap lembut punggung lebar itu. "Yang, sarapan dulu yuk?"
Hening.
"Papi tuh cuma gak mau kamu sakit lagi, bukan karena gak suka sama Sherina." ucapan maminya ini membuat Sadam membalik tubuhnya. Terlentang, melipat tangan sebagai bantalnya.
"Helena sama Sherina itu beda mi. Helena pergi mendadak, Sadam gak bisa lihat dia lagi secara tiba-tiba. Sherina, meskipun nanti kita udah gak sama-sama kita sudah janji untuk tetap baik-baik aja kok.." Sadam menatap langit-langit kamar. Helena, cinta pertamanya semasa SMA. Sosok yang membuat Sadam sejenak melupakan Sherina meski tidak benar-benar lupa. Yang membuat Sadam turut kehilangan dirinya ketika mendengar kabar kepergian perempuan itu secara tiba-tiba, kecelakaan mobil merenggut nyawa sang gadis ketika musim liburan setelah keduanya lulus SMA. Butuh waktu satu tahun untuk membuat Sadam kembali mau melanjutkan hidup dan kembali mengingat Sherina nya.
"Selama kamu bahagia, apapun itu, mami selalu ada di belakang kamu Yang.. Mami udah terlanjur sayang juga sama Sherina." Hati wanita itu menghangat ketika mengingat sosok Sherina, keinginan memiliki anak perempuan yang harus di lupakannya seolah terbayar dengan kehadiran perempuan itu di kehidupan anaknya. Berbeda dengan Helena, Sherina bisa dengan mudah membuat bu Ardiwilaga turut menjatuhkan hati. "Ayo turun, sarapan!" Sambungnya sambil menepuk pelan pipi anaknya yang terlihat memejamkan matanya sebelum kembali berdiri dan meninggalkan Sadam di kamarnya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Jiwa
FanfictionKaulah bidadari yang menari Bawa diriku terbang bersama angan Namun tak selamanya semua kan jadi indah Matamu berbicara, kisah kita mungkin berakhir indah.