23

175 13 61
                                    

Ketika kita tahu kapan waktunya akan habis, setiap detik rasanya jadi begitu  berharga.

***

"Ini nih favoritenya Sadam.." bu Ardiwilaga meraih botol kaca dengan tutup berwarna hitam di hadapannya. "Sambal tabur daun jeruk! Di bawa ke meja makan sekalian ya Sher.." ujarnya.

Beberapa makanan terhidang di meja makan malam ini, hanya tinggal memanggil dua lelaki yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Pak Ardiwilaga terlihat masih sibuk di depan laptopnya sedangkan Sadam terlihat tengah membuka platform travel di handphonenya.

"Ayo, pada makan malam dulu, udah siap ini!" suara Bu Ardiwilaga, membuat dua lelaki yang duduk di ruang TV itu saling menatap lalu sama-sama beranjak menuju ke arah meja makan.

"Waduh, masakannya spesial nih, cinta nya double!" Ujar Sadam, menggeser kursi untuk Sherina lalu kursi lainnya untuk ia duduki. Wajahnya terlihat begitu semringah menatap makanan yang terhidang di hadapannya. "Ambilin dong Yang.." ujarnya.

"Euleuh, manjanya anak si mami nih!" Ucap pak Ardiwilaga, terkekeh melihat tingkah anaknya, sedangkan Sherina malu-malu mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk kekasihnya tentu setelah bu Ardiwilaga selesai mengambil untuk suami dan dirinya sendiri. "Makan yang banyak Dam, jelek kamu tuh kalau kelewat kurus! Ya Sher?"

Sherina mengangguk menanggapi ucapan pria paruh baya di hadapannya. Masih ada sedikit canggung ketika harus berbalas tatap dengan yang lebih tua.

"Cantiknya mami juga makan yang banyak dong, masa segitu doang?"

"Nanti Sher ambil lagi mi.." jawab Sherina. Keempatnya berdoa sebelum menyantap makanan di hadapan mereka. Sekali lagi, perasaan tak enak itu menyambangi hati Sherina ketika pak Ardiwilaga memimpin doa sesuai dengan keyakinannya.

Menyantap makan malam sambil melihat bagaimana interaksi Sadam dengan dua orang tuanya membuat Sherina merasa menjadi bagian dari mereka ketika beberapa kali pak Ardiwilaga melempar canda kepadanya, meledek Sadam habis-habisan dengan cerita masa kecilnya.

"Yang, mau lagi dong pepes ayamnya" ucap Sadam, menunjuk pepes ayam yang tersisa sepotong lagi di hadapannya.

"Papi juga mau dong Sher, bagi.." pak Ardiwilaga mendorong piringnya, meminta di isi.

"Pi, punya Sadam itu, sisa satu lagi! Papi udah tiga potong masa belum kenyang?!'

"Eh, itu kamu juga papi lihat-lihat sudah habis empat, yang ini jatah papi atuh Dam!"

Bu Ardiwilaga terkekeh melihat tingkah dua lelakinya itu. Kejadian ini sudah lama tak lagi terjadi sejak Sadam menghindari interaksi dengan papinya setelah kejadian yang lalu, ketika tak sengaja papinya menyinggung soal keyakinan Sherina.

"Oke.. tunggu.. Sher bagi dua ya? Gimana?"

"Yaang, kok di bagi dua sih? Enggak ah!"

"Ya udah kalau kamu gak mau aku kasih papi aja semua ya?"

"Ih kok gitu?!"

"Mmhhh...mmmhh...mmmhhh.. manjanya anak mami!" Bu Ardiwilaga menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sadam yang terlihat lebih manja pada Sherina.

Hasrat JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang