16. sisi bruntal seorang Alvaro

22 16 0
                                    

Karena pada dasarnya
mencintai seseorang adalah
seni yang Paling sederhana untuk menciptakan luka.

*Marisah Devian Bagaskara*

Terkadang beberapa penderita serta rasa sakit datang untuk mengajarimu agar lebih dewasa, lebih berhati-hati dan menjadi lebih baik lagi

"Raveena Anabel Quick"


Kritik dan saran diperlukan oleh penulis untuk membuatnya lebih baik lagi kedepan
Soo,
Penulis mengharapkan kejujuran dari para raiders atas cerita ini.


"500" Alvaro kembali menaikan hukumannya. Membuat Marisah melototinya.

" Iya, iya 400." Pungkas Marisah. Lebih baik ia setuju saja daripada ia disuruh Pungut dedaunan ini 1.000

Stelah itu ia kembali memungut daun yang gugur itu sambil menghitung. Sial sekali ia hari ini. Marisah yang sedang memungut dedaunan tersebut sambil menghitungnya iba- tiba memikirkan sebuah ide cemerlang.

"Semoga saja ide ini berhasil, dan gue bisa lolos."batinya berharap.

" Kak, gimana kalau kita buat kesepakatan!" Tawarnya. Tapi tetap ia hanya mendapat tatapan dingin dari seorang Alvaro.

"Aku Anggap kakak setuju yaa" ucapnya dengan menunjuk Alvaro, sedangkan Alvaro tetap dengan tatapan kosong dan dinginnya tapi kali ini ada sedikit perubahan dari wajahnya dilihat dari keningnya yang mengerut.

"Gimana kalau aku kekelas dulu, setelah bersenang aku kembali buat ngejalanin hukumannya." Ucapannya panjang lebar namun tetap mendapat respon yang sama seperti awalnya.

"Aku janji, akan jalani hukumannya. Pulang nanti aku temui kakak di gerbang dengan 400 lembar daun kering, gimana? Deal!" ucapnya dengan mengulurkan tangannya sebagai tanda persetujuan.

"Tidak tertarik " dengan tatapan biasa saja Alvaro berujar.

Oh tidak, kenapa ia semakin jatuh pada pesona manusia didepannya ini? Seharusnya ia kesal karena dihukum tapi ini apa?! Ia malah merasa senang, karena dengan begini ia bisa berdua dengan orang yang ia kagumi. Coba saja jika yang didepannya ini abangnya sudah pasti ia akan Mendapatkan tendangan maut darinya.

" Serah deh" kini ia sudah pasrah karena semua usahanya pasti akan sia-sia.

"Mau dibantu nggak Sa?" Tanya Rakha yang datang dari depan. Awalnya ia ingin masuk tapisaat melewati taman, ia melihat Marisah yang sedang berbicara dengan ketua OSIS, ia menebak bahwaa dia tertangkap, jadi ia mendekat untuk menguping apa yang mereka bicarakan hingga ia mendengar bahwa gadis itu sedang berusaha untuk bernegosiasi dengan hukuman yang diberikan padanya. Alhasil ia mengajukan dirinya untuk membantu.

" Iya bantuin " dengan nada memelas Marisah menyetujui saran Rakha.

" balasannya apa ntar?" Tanya Rakha bernegosiasi.

" Gue traktir deh'' putus Marisah dengan sebuah janji.

"Bener" Rakha memastikan.

Love And RavangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang