ini bukan tentang siapa
yang menang dan kalah. Akan tetapi, ini tentang siapa yang
bisa melewati semuanya dengan penuh rasa syukur. Atas apa yang terjadi padanya.Marisah Devian Bagaskara
" mundur biar abang yang nyetir!" tolak Ciko tak peduli dengan ancaman tak berguna yang adiknya lontarkan."Udah biar Aku ajah bang." pintanya dengan wajah memelas.
"Mundur!" suara dingin Ciko Terdengar diindra pendengarannya, ia menoleh dan mendapati wajah kakaknya yang datar, jika sudah seperti ini. Mak, ia hanya bisa mengalah.
Ciko memasang wajah datar sebab adiknya ini keras kepala seperti batu. Melihat wajah kakaknya yang berubah membuatnya mundur.
"Iya deh Aku mundur" ucapannya dengan nada cengesan.
Tanpa berkata apa pun, Ciko Menaiki motornya lalu melajukannya. Ia berniat untuk memberi pelajaran pada adiknya dengan cara mendiaminya."Sesekali kau kukerjai dong" batin Ciko diikuti dengan seringainya.
" Bang!" Ia kembali memanggil Ciko. Sungguh ia paling tak nyaman jika Ciko mendiaminya seperti ini. Namun tetap tak mendapatkan jawaban apapun dari sang kakak.
"Abang! Jangan ngambek dong." Ia kembali memelas . Ciko kembali tak menjawab. " Sialan! Sabar-sabar" ia mengelus dadanya agar bisa tetap bersabar menghadapi sang kakak yang ngambek seperti seorang wanita saja.
" Bang!" Ia kembali memanggil kini dengan suara yang lebih kuat dari awalnya. Ciko tetap tak menjawabnya.
" Abang yang ganteng! Jangan marah lagi yaa." Dengan suar lantang gadis tersebut berteriak sehingga membuat Ciko tersenyum. Sungguh ia juga tak akan bisa marah pada adiknya lama- lama.
" Hmm" Ciko yang gengsinya selangit hanya menjawab dengan deheman kecil saja. Sedangkan Marisah yang mendengar deheman tersebut tersenyum geli dengan tingkah sang Abang.
" Gengsinya selangit." Sindirnya pada sang kakak. Setelah itu ia kembali tersenyum sambil merentangkan kedua tanganya untuk menghirup udara malam, meskipun Terasa dingin. Namun, sedikit nyaman dengan angin malam yang menerpa kulitnya. Ia menutup matanya dan menikmati hembusan angin malam sesaat.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada dua pengintai yang terus mengikuti mereka. Bahkan, setia pergerakan mereka direkam oleh seorang pria didalam mobil. Sedangkan pria yang berada di motornya hanya mengikuti mereka entahlah apa tujuan mereka.
Seperti biasanya, perjalanan kembali mereka disisi dengan ocehan gadis tersebut yang tak pernah habis. Entah kenapa sehingga gadis tersebut tak pernah kehilangan bahan untuk dibicarakan. Ciko hanya diam dan mendengarkan ocehan tak bermutu dari adiknya dan fokus melihat jalalan.
Yang membuat Ciko bingung adalah gadis tersebut tak merasa sakit dengan luka lepuhan dipunggungnya. Karena sedari tadi ia terlihat biasa-biasa saja. Tak merasa kesakitan sedikitpun.
******
" Sa! Thanks untuk Snacks-nya." Ujar Alex yang mengambil salah satu snakck ke udara.
Marisah hanya membalas dengan senyuman hangat saja. Atas ucapan Alex.
" Sayang, kalau udah ngantuk, keatas ajah. Istirahat! Abang sama yang lain mau bahas soal kak Valdy." Ujar Ciko sambil menyelipkan beberapa helai rambut adiknya.
"Iyah, lagian udah ngantuk juga ini." Marisah menyetujui ucapan Ciko sehingga beranjak dari tempat duduknya dengan menarik Raveena.
" Good night." Ucapannya sebelum meninggalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Ravange
Ficção Adolescentekisah tentang gadis yang manis dengan nama lengkap Marisah Devian. gadis yang berjuang demi orang yang dia sayangi. Kisah ini juga menceritakan tentang kisah cinta dua senjoli yang saling menyakiti satu sama lain dengan perasaan cinta mereka sendir...