26. Perawatan

14 4 0
                                    

Perasaan ini akan tetap ada untuk-Mu
Hehe, lucu yah. Entah apa yang membuatku begitu mencintai dirimu

[Marisah]

" Jangan terlalu dipaksakan" ujar Leo lembut.

Marisah sempat terpana dengan wajah tampan milik Leo, bukan terpana. Namun ia melihat Alvaro yang mengucapkan hal itu padanya. Dia melihat Alvaro dalam diri seorang Leonardo.    

"Oh good, apa yang aku lakukan? Mereka adalah dua orang yang berbeda." Ia mencoba menyadarkan dirinya sendiri.

" Kenapa?" Tanya Leo masih dengan nada yang lembut. Sontak hal itu kembali membuat Marisah melihat diri Alvaro dalam diri Leonardo.

"Kak—" ia tak bisa melanjutkan ucapannya, sebab ia sadar bahwa yang berada didepannya adalah pria yang berbeda.

"Lanjut latihannya Sa!" panggil Bianca.

Saat ia akan bangun, rasa pusing kembali ia rasakan. Ia mencoba menggelengkan kepalanya berusaha mengusir rasa tersebut.

"Bentar, Masih capek gue!" ujarnya mengulur waktu agar kepalanya kembali normal.Namun nihil, bahkan rasa pusingnya kini semakin menjadi. Rasa sakit kepala pun kembali menyerangnya.

"Latihan besok ajah."ujarnya masih dengan suara keras, ia berusaha melawan rasa sakit ini dan mencoba untuk terlihat baik² saja. Ada beberapa teman seteam-nya yang merasa heran, sebab gadis itu tak akan merasa lelah jika ada hal yang  berbau basket.

**

Setelah dua mata pelajaran yang mereka lewati diluar, kini tiba saatnya bagi mereka untuk melepaskan rasa senang mereka. Karena harus berhadapan dengan guru matematika yang akan menguras otak untuk menghitung.

"Ada tugas mate Sa!" Bisik Raveena." Lo udah selesai belum?" Raveena kembali bertanya.

" Udah dong!" ujarnya bangga.

" Bagi dong Sa, jangan pelit jadi orang Lo" Minta Vero yang selalu menguping apapun perbincangan mereka.

"Yee, makanya belajar!" sarkas Marisah.

" Gue udah goblok dari lahir kali. Jadi, mau belajar sekeras apapun. Nggak akan nyerap ke otak gue nyett" ujar Vero dengan wajah lesuh.

" Nggak ngomong gue!"  Balas Marisah dengan mengambil ke-dua tangannya diudara.

" Iya tahuuu!!!" Geram Vero pada gadis didepannya ini. " Yaudah bagi sebelum tu iblis berwujud manusia masuk buruan." Tanpa aba² Alvero segera menarik buku tugas milik Marisah dari Raveena yang sedang menyalin.

" Vero bangsat! Gue belum selesai!" Marah Raveena kala Alvero mengambil buku tersebut secara tiba-tiba.

" Yaelah Na, Lo ada disampingnya. Jadi kalau nyalin nggak akan ketahuan juga. Ngapain takut." ujar Vero yang sibuk menyalin.

" Fuck Lo " marah Raveena kemudian berbalik kedepan.

Hal itu sudah menjadi rutinitas mereka, untuk menyalin tugas dari satu ke satu. Jika satu orang yang mengerjakan, maka bisa sepuluh orang menyalin. Dan itu dinamakan dengan kekompakan kelas menurut Vero.

Setelah Vero selesai menyalin tugasnya, ia segera melemparkan buku milik Marisah pada pemiliknya . Memang manusia yang tidak tahu caranya berterimakasih dengan baik.

" Nih ambil buku Lo!" Ujarnya setelah melemparkan buku tersebut pada pemiliknya
"gue nggak butuh!" Sontak hal itu membuat Raveena dan Marisah kesal pada iblis berwujud manusia itu.

"Iya, nggak butuh. Karena udah selesai nyalin." Sindir Marisah.

" Nggak tau terimakasih ya gini" tambah Raveena pedas. Namun bukan Alvero namanya jika ia merasa tersinggung.

Love And RavangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang