25. perkara latihan basket

17 7 1
                                    

Aku tau, aku tak bisa memilikimu maka dari itu, biarlah perasaan ini tumbuh dan menghilangkan dengan sendirinya.

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.

**Kritik dan saran bisa diajukan**

Lanjut

Ia selalu diacuhkan, berapapun nilainya selalu diterima oleh ayahnya. Ralat, bukan diterima melainkan, Ayahnya tidak pernah tahu berapa nilai yang ia dapat. Sedangkan Alvaro!, Selalu ditanya berapa nilai yang ia peroleh. Bukankah itu hal yang tak adil!, Alvero selalu ingin menjadi Alvaro, dan Alvaro selalu ingin menjadi Alvero tanpa mereka berdua ketahui, kehidupan mereka memiliki kesulitan tersendiri yang tak pernah mereka ketahui satu sama lain.

Alvero berjalan kembali ke depan hingga ia berpapasan dengan Alvaro yang baru pulang. Alvero menatap kakanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan Alvaro melewati adiknya begitu saja, dengan sifat dingin dan acuh. Sejujurnya, dalam hati kecilnya, Alvaro ingin sekali memiliki hubungan yang baik dengan adiknya. Sebagaimana hubungan kakak, beradik pada umumnya. Namun, apalah dayanya ia bukan tipikal orang yang hangat, bahkan jalan hidup mereka sudah menjadi pembatas yang kuat untuk menjalani kehidupan selayaknya kakak beradik pada umumnya.

Mereka berdua memiliki sifat yang bertolak belakang. Alvero memiliki sifat hangat dan mudah bergaul serta minus akhlak, tidak sepintar Alvaro, bahkan menurut dirinya sendiri ia adalah anak yang tidak dapat diandalkan. Sedangkan Alvaro tripikal orang yang dingin, Cuek, tak memiliki hati, kecerdasan yang diatas rata², dapat diandalkan. Begitulah penilaian orang lain terhadap mereka berdua.

--Love and Ravange-

Pagi ini Marisah dibuat bingung dengan gaya pakaian Raveena yang begitu tertutup seperti agen rahasia. Sejujurnya ia sudah menebak apa yang terjadi namun ia tidak akan memaksa Raveena untuk bercerita. Sehingga keheningan meliputi mereka. Hingga ia melihat setetes air mata,dari bola mata indah milik sahabatnya, Marisah yang peka dengan keadaan pun segera menepikan mobilnya sejenak.

" Sa- " Raveena tak bisa melanjutkan ucapannya. Marisah yang melihat hal itu segera memeluk sahabatnya, berusaha menyalurkan kekuatan pada-nya. Karena cuman hal itu yang sedang dibutuhkan Raveena saat ini.

"Sejatinya luka adalah, datang dari orang yang disayangi Na. Lo harus kuat Na! Buktiin ke dunia bahwa Lo nggak lemah! Buat bajingan kayak DIA menyesal." Hanya itu yang dapat Marisah ucapkan.

"Gue capek Sa, gue lelah" lirih Raveena disela-sela tangisannya.

Mendengar hal itu Marisah secara perlahan melepaskan pelukannya, ia menangkupkan wajah sahabatnya dengan lembut.

"Na, Hei dengarin gue! Lo boleh nangis, Bahu gue selalu ada buat Lo bersandar, Dekapan pelukan gue akan selalu ada, kapanpun Lo butuhkan Na. Gue nggak mau Lo tanggung semuanya sendirian. Sampai kapanpun gue akan selalu ada buat Lo Na." Dengan lembut ia mengusap air mata Raveena.

Kembali ia menarik Raveena dalam pelukannya
agar sahabatnya bisa mencurahkan semua kesedihannya."Nangis ajah Na! Nggak ada salahnya Lo nangis, curahin semua kesedihan Lo lewat air mata." Ia berujar sambil mengelus lembut punggung Raveena.

"Kebaikan tertinggi adalah, bisa menjadi tempat ternyaman bagi orang lain untuk bersandar, meskipun dalam keadaan yang sedang tidak baik² saja."[Dari author for karakter ciptaannya]

Sepertinya hari ini mereka akan masuk dalam buku hitam milik piket lagi.
"Baju gw basah Na!,kena ingus Lo juga" ujarnya pada Raveena dengan nada marajuk, saat gadis itu kembali tenang.

Love And RavangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang