34. Perubahan sikap Alvaro

8 1 0
                                    

Tak akan kubiarkan seorangpun menyakiti dirimu.

"Alvaro Axelio Wilson"

Follow akunnya sebelum membaca 🤛❗

"Gue cuman mau istirahat dengan tenang. Bahkan, mungkin gue mati juga mereka gak akan peduli. Karena menurut mereka gue udah nggak penting lagi Sa." Dengan sesenggukan Amanda berucap.

"Gue udah nggak sanggup lagi nahan semua ini. Gue hancur! Gue iri, gue benci, gue selalu bertanya-tanya kenapa hidup gue nggak bisa sebahagia orang lain?!" Amanda mengucapkan pertanyaan yang selalu terselip dalam benaknya.

"Man...bukannya gue ikut campur Sama urusan keluarga Lo, gue hanya mau ngasih Lo sedikit saran. Disini gue nggak nyalahin lo ataupun orangtua Lo. Coba Lo nyari waktu senggang nyamperin ayah,ibu Lo, nanya keadaan mereka. Lo tahu? kenapa kita sering merasa nggak bahagia? sering ngerasa hidup kita ini bebannya lebih berat dari orang lain!" Ujar Marisah dengan lembut, berusaha agar setiap tutur katanya tak melukai hati Amanda.

Amanda terdiam sejenak berusaha mencerna ucapan gadis disampingnya. Perlahan ia menggelengkan kepalanya, ia sendiri tak tahu kenapa ia sering merasa hidupnya tak sebahagia orang lain.

" Ya, karena kita itu terlalu sibuk meminta, kita terlalu sibuk membuat  begitu banyak permintaan. Namun, kita lupa bersyukur. Kita lupa bersyukur dengan apa yang kita miliki. Lo harus bersyukur Man,,, Karena semua kebutuhan lo dipenuhi bahkan apapun yang lo mau selalu terpenuhi. Diluar sana, banyak yang nggak seberuntung lo. Mereka harus berjuang sendiri untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan siapapun. Gue akui,  Lo juga masih butuh kasih sayang dari kedua orang tua Lo. Namun, ini bentuk kasih sayang mereka ke Lo. Mereka bekerja keras agar masa depan Lo baik. Nggak ada orang tua yang nggak sayang sama anaknya Man... Hanya saja, mereka selama ini terjun dalam dunia bisnis, yang mengharuskan mereka untuk bersikap tegas. Mereka udah terbiasa berada di lingkup yang mengharuskan mereka untuk memendam sifat mereka. Alhasil, mereka nggak bisa lagi kembali bersikap lembut seperti dulu. Ditambah dengan keinginan Lo agar mereka punya waktu sama Lo, gue rasa mereka juga ingin nunjukin. Tapi, mereka nggak tau harus dengan cara apa." Jelas Marisah dengan perlahan agar dapat dipahami oleh gadis disampingnya.

" Tapi kenapa bunda Lo selalu ada waktu buat Lo?" Tanya Raveena.

" Kata siapa? Gini ya Man... Bunda gue juga sama kayak bokap nyokap Lo. Dia jarang berada di rumah. Kami hanya punya waktu kebersamaan saat weekend, atau saat gue samparin ke kantor." Marisah mejelaskan yang terjadi pada Amanda.

"Man! Gue mau Lo jangan bandingkan jalan hidup Lo dengan hidup orang lain. Takdir manusia selalu berbeda, tanpa Lo sadari, Lo ingin jadi orang lain, sedangkan diluar sana, ada juga yang ingin jadi Lo."

" Tapi...!" Amanda hendak protes.

" Ehem" deheman dari Alvaro membuat Amanda mengurungkan niatnya.

" Jangan sekalipun terbesit dalam pikiran Lo buat ngelakuin hal bahaya kayak tadi lagi." Ujar Marisah sambil mengelus pucuk kepala Amanda dengan lembut dan dibalas dengan anggukan.

" Yaudah, gue anterin Lo pulang ya!"

" Gue nginep dirumah Lo ajah Sa, boleh?" Tawar Amanda.

Mendengar hal tersebut Marisah sedikit merasa terkejut, bagaimana tidak! baru tadi siang ia terlibat masalah dengan Amanda tapi malamnya Amanda menginap dirumahnya. Untuk ia dan sang bunda si aman. Namun, Ciko? Bagaimana dengan pria itu.

Melihat wajah ragu yang ditampilkan Marisah membuat Amanda tertunduk, ia sadar apa yang sudah ia lakukan pada gadis disampingnya.

" Boleh" meskipun ragu, Marisah tetap mengiyakannya ucapan Amanda.

Love And RavangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang