05.Trauma Raveena dan Malaikat pelindungnya....

71 47 22
                                    

Percayalah, kehilangan orang yang spesial akan banyak mengubah–Mu.

[Alciko Mahavir Bagaskara]

Utamakan budidaya vote dan komen, jangan lupa follow akunnya.
☺️☺️

Dengan senyuman Raveena menghampiri sahabatnya. Ia begitu merasa beruntung karena ditengah-tengah kejamnya hidup yang ia jalani. Allah mengirimkan Marisah sebagai sahabatnya yang selalu ada untuknya, yang selalu menguatkan dirinya.

Disetiap titik kerapuhannya, Marisah selalu ada untuk menyemangati dirinya, Marisah selalu mengutamakan dirinya disaat orang lain selalu melukainya. Bahkan ayahnya sendiri menyiksanya dengan begitu hebat hingga menimbulkan trauma yang begitu mendalam dalam diri Raveena.

" Gimana kerjanya hari ini?" Dengan lembut Marisah bertanya pada Raveena.

" Gue tadi dapat pelanggan yang nyebelin bangat tau!" Raveena mengadu pada Marisah yang dibalas dengan senyuman hangat gadis itu. " Terus, dia nggak macam- macam kan?" Tanya Marisah sebagai respon atas cerita Raveena.

" Huh, dia ngerjain gue. Awalnya dia cuman mesan Starbucks..." Raveena menghela nafasnya kesal.

" Terus?" Tanya Marisah dengan antusias.

" Terus, dia bilang. Nggak suka Starbucks. Jadi, mesan green tea doang." Ujar Raveena dengan kekesalan.

Marisah menanggapi cerita Raveena dengan tawa kecil. "Mau langsung pulang atau main ke taman bentar?" Tanya Marisah disela-sela kesibukan menyetir sesekali ia melirik pada Raveena.

" Sa..." Bukannya menjawab, Raveena malah balik memanggil Marisah. Raveena terlihat ragu untuk berbicara. Kini ia memilin jari-jarinya dengan perasaan takut dan cemas.

" Kenapa Na?" Tanya Marisah saat tak kunjung mendengar apa yang akan Raveena ucapakan.

" Kerumah bentar boleh?" Dia bertanya dengan nada takut. Jujur ia begitu takut saat pulang kerumah.

" Emang mau ngapain?" Marisah menanyakan alasan Raveena yang ingin pulang kerumahnya.

" Mau ngambil buku, untuk mapel besok." Jawab Raveena.

" Yaudah, tapi gue temanin Lo masuk kerumah. Ini bukan tawaran jadi Lo nggak boleh nolak." Tanpa mau mendengar ucapan Raveena lagi Marisah kembali menatap lurus kedepan.

Hening, tak ada lagi percakapan. Hanya ada suara deru kendaraan yang saling bersahutan. Tak terasa, kini mereka sudah sampai didepan rumah Raveena.

Marisah menghentikan mobilnya dan menatap rumah yang bercat orens itu sebentar. Ada rasa ragu dalam hatinya untuk melangkah keluar dari mobil. Ia menoleh sebentar pada Raveena yang berada disampingnya. Dapat ia lihat rasa takut dalam wajah sahabatnya.

" Nggak Papa, ada gue Na." Ia berusaha menguatkan sahabatnya. Terdengar helaan nafas dari gadis disampingnya.

Marisah dan Raveena turun dari mobil perlahan mereka melangkah memasuki pekarangan rumah itu. " Biar gue ajah Na." Tahan Marisah kala Raveena hendak membuka pintu.

Perlahan Marisah memutar knop pintu dan terbuka. Ia menoleh kebelakang dimana Raveena berada." Nggak dikunci." Bisik Marisah pada Raveena.

Love And RavangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang