Jennie terbangun dari tidurnya, tak mendapati sosok Jungkook di sampingnya. Sementara pandangannya teralih pada jam di atas nakas, menunjukkan pukul dua pagi. Berpikir jika Jungkook pasti akan pulang terlambat karena pekerjaannya.
Terkadang, Jennie membenci ketika Jungkook sudah fokus dengan pekerjaannya dan melupakan begitu saja kehadirannya--seperti saat ini. Namun Jennie tak pernah mengatakan semua itu, berpikir tak akan ada yang bisa berubah ketika dirinya mengatakan hal itu pada Jungkook.
Jennie memilih untuk turun dari ranjangnya, mungkin dengan segelas air bisa membuat perasaannya lebih tenang dan dirinya bisa kembali terlelap. Merapatkan sweater yang ia kenakan karena udara dingin yang semakin terasa--itu berpengaruh karena memang musim dingin yang memang telah datang saat ini.
Namun Jennie memilih untuk menghentikan langkahnya, bahkan kembali menutup dengan perlahan pintu disaat presensi yang membelakanginya saat ini dilihatnya. Dan samar-samar pula ia bisa mendengar suara Chaeyoung--menandakan jika keduanya tengah berbicara saat ini.
Tak sadar, satu tangannya yang menggenggam gagang pintu mengerat. Mendengar pembicaraan keduanya dan kedekatan keduanya.
Tentu, Jennie tak bodoh begitu saja. Mendengar cerita dari Jungkook tentang ide bodohnya yang ingin memiliki seorang anak karena begitu tak menyukai dirinya yang lebih bahagia bersama pria lain membuat Jennie merasa di atas angin ketika mendengarnya. Itu membuktikan bahwa perasaan Jungkook begitu tulus padanya, dan Jennie merasa senang karena perasaan Jungkook tak berubah untuknya--ditambah dengan Jungkook yang kembali menerimanya dengan tangan terbuka disaat kesalahannya terlihat sangat fatal.
Tapi nyatanya, semua kesenangan itu tak berlangsung lama. Jungkook dan Chaeyoung tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama. Akan sangat mustahil jika salah satu di antara mereka tak memiliki perasaan untuk satu sama lain. Walaupun Jungkook terus menolak apa yang dikatakan hatinya, tapi Jennie tetap bisa merasakan bagaimana perasaan pria itu terhadap Chaeyoung.
Jennie memilih untuk pergi secara diam-diam ketika merasa pembicaraan Jungkook dan Chaeyoung sudah berakhir, dan beruntung karena kehadirannya masih belum diketahui oleh keduanya. Beranjak naik ke atas tempat tidur dan bertindak seolah terlelap.
Dan benar saja, Jennie bisa merasakan sisi di sampingnya perlahan mulai terisi--tentu saja oleh Jungkook yang kini menariknya untuk mendekat. Terlihat berhati-hati seolah takut untuk membangunkannya dan memeluknya. Sementara Jennie memilih untuk tetap dengan sandiwaranya, membalas pelukan Jungkook setelahnya dan merasakan satu tangan Jungkook yang memeluknya kini menepuk perlahan punggungnya--atau terkadang mengelus surainya yang tergerai.
Sentuhan itu biasanya menenangkan bagi Jennie, dan dengan mudahnya membawa untuk tidur dengan lelap. Namun Jennie tak bisa menahan air mata yang sudah ia jatuhkan--entah untuk alasan yang bagaimana sehingga hatinya terasa sesak dan menangis.
"Hey, ada apa?" Jungkook tentu dibuat terkejut dengan Jennie yang menangis. Menghapus air matanya sembari mengarahkan Jennie agar menatap padanya.
Namun Jennie hanya menggeleng, dan menyembunyikan wajahnya pada pelukan Jungkook. "Tidak ada. Hanya bermimpi buruk."
Jungkook memilih untuk tak lagi bertanya. Hari semakin malam, dan rasa lelah itu membuat Jungkook akhirnya mengambil lelapnya--tentu dengan tetap memeluk Jennie dan menenangkannya.
.
.
Suara alarm yang berasal dari ponselnya membangunkan Jungkook, mematikannya dengan cepat dan menyadari jika dirinya hanya sendiri saat ini di atas tempat tidur.
Jungkook beranjak dari berbaringnya, sebelum pandangannya beralih ketika mendengar ketukan pintu kamarnya. Lalu pintu tersebut terbuka dengan perlahan, menampakkan seseorang yang perlahan pula menunjukkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
all with you ❌ rosekook
Fanfiction[18+] ✔ Yang Ahn Chaeyoung inginkan adalah terus bersama dengan Ha Jungkook. Walaupun ia tahu, dirinya mungkin bukanlah yang pria itu inginkan. ----- ©iamdhilaaa, 2021