07

1.7K 198 18
                                    

Hay hay hay
Udah lama ya gak kesini?? Hehe
Maaf krna ninggalin kalian dan cerita dalam waktu yg lama. Aku skrang coba utk kembali nulis. Jadi tolong dibantu aku yukkkk. Kasih jejak apapun disini krna itu membantu aku utk saat ini.

.
.
.
.
.

Bosan.

Kata itu entah sudah berapa kali Chaeyoung ucapkan sampai dirinya pun bosan untuk mengatakan kalimat itu pula. Semenjak kepergian Jungkook tadi pagi, tak ada yang banyak ia lakukan. Bahkan terkadang ia membantu Bibi Kang di dapur dan membantu membersihkan rumah. Tapi itu pun tak banyak ia lakukan karena Bibi Kang akan sesekali melarangnya. Chaeyoung juga bukan tipe seseorang yang gila dengan ponsel, jadi keberadaan ponsel baginya saat ini tak begitu penting.

Biasanya, ia akan disibukkan dengan pekerjaannya dari pagi hingga malam hari, lalu pulang ke rumah dengan makan malam bersama sang adik. Banyak bercerita dan terkadang melupakan waktu. Dirinya bahkan sering memarahi Seyoung karena terkadang terlambat ke sekolahnya setelah semalam mereka banyak bercerita. Masa-masa itu begitu ia rindukan, padahal baru beberapa hari ia menjauh dari sang adik. Rasa-rasanya ia ingin sekali pergi sekarang juga karena terlalu rindu dengan keluarganya.

Jujur saja, Chaeyoung masih tak menginginkan semua ini. Namun, ia sudah berhutang, dan tentu saja ia harus membayarnya. Jumlahnya tak sedikit, dan tak mungkin pula ia mengembalikan uang itu dengan cepat. Ia bahkan bertaruh, kekayaan si Tuan Muda tak akan berkurang jika ia belum mengembalikan setengah dari uang yang ia pinjam.

"Chaeyoung..."

Panggilan itu dengan cepat membuat Chaeyoung berbalik dan bahkan beranjak dari duduknya saat itu. Memang, ia memilih untuk berada di taman belakang sembari menikmati angin segar dan langit yang perlahan mulai berubah warna.

"Ada apa, bibi? Apa ada yang bisa ku bantu?"

Bibi Kang tersenyum, merasa gemas sebenarnya dengan Chaeyoung. Tentu tahu bagaimana bosannya Chaeyoung yang sedari tadi berusaha untuk membantu pekerjaannya di rumah ini. Jika dia memiliki putri seperti Chaeyoung, mungkin ia akan sangat beruntung. Gadis itu begitu manis dan cantik, belum lagi sepertinya ia begitu pekerja keras dan bertanggung jawab. Tapi sayang sekali karena rahimnya telah diangkat hingga ia tak akan pernah bisa memiliki seorang anak.

"Aku ingin menyiapkan makan malam. Baru saja Tuan Muda menelpon kemari dan mengatakan ia akan pulang cepat. Apa kau ingin membantu?"

Chaeyoung terdiam. Tuan Muda akan pulang cepat dan makan malam di sini. Itu berarti, malam ini bisa saja menjadi malamnya. Dan rasa takut dan gugup itu tiba-tiba saja mendatanginya.

Bagaimana ini? Chaeyoung tahu jika malam seperti ini akan tiba. Ia sudah terikat, dan tak mudah begitu saja untuk menolak atau bahkan pergi. Tapi tetap saja ia belum siap untuk melakukannya. Chaeyoung memang pernah berkencan beberapa kali. Namun tak ada hal lebih yang ia lakukan selain daripada sebuah kecupan, pelukan, atau genggaman tangan. Entahlah, mungkin itu pula alasan mengapa ia selalu berakhir ditinggalkan atau dicampakkan oleh pria-pria yang pernah berkencan padanya. Ia juga buta dengan apapun yang berhubungan untuk memuaskan seorang lelaki. Astaga, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia bahkan tak tahu harus bertanya pada siapa saat ini untuk bisa menyiapkan semuanya.

"Jika kau diam di sana terus-menerus, Tuan Muda bisa saja marah karena makan malamnya belum selesai untuk disiapkan."

Chaeyoung terkesiap dari lamunannya sendiri, menarik paksa senyumnya untuk setidaknya menenangkan dirinya sendiri dan memilih untuk mengangguk sebagai jawabannya. Setidaknya dengan sibuk di dapur, ia bisa menghilangkan rasa gugup dan takutnya.

all with you ❌ rosekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang