26

772 107 10
                                    

"Ahn Seyoung!"

Panggilan itu membuat Seyoung mengalihkan pandangannya, tentu saja mengenali suara tersebut. Sementara Chaeyoung dengan cepat berlari mendekat, memeluk sang adik yang hampir saja limbung untuk menangkap kakaknya yang begitu bersemangat.

"Kau akan terluka jika berlari seperti tadi, noona." Ucap Seyoung ketika pelukan mereka merenggang. Namun Chaeyoung hanya tersenyum ketika mendengar ucapan itu.

Hari ini adalah kelulusan adiknya, dan tentu saja Chaeyoung merasa senang. Di satu sisi juga tak menyangka jika waktu terlewati begitu saja. Sementara dirinya masih mengingat ketika datang pada kelulusan Seyoung dari bangku SMA beberapa tahun yang lalu.

"Noona kenapa menangis?" Tanya Seyoung, menghapus air mata yang sempat jatuh di wajah Chaeyoung.

Chaeyoung hanya tertawa canggung, "tak apa. Hanya saja tak menyangka jika kau sudah sebesar. Mungkin saja nanti kita akan berpisah karena kau juga akan menjalani hidupmu sendiri."

"Ck, apa yang noona khawatirkan, huh? Aku tak akan kemanapun." Ucap Seyoung, memilih untuk memeluk Chaeyoung. "Semua kebaikan noona tak akan pernah aku balas dengan sebanding seberapa besar aku berusaha. Kau sudah bekerja keras hingga sampai saat ini. Terima kasih, noona."

Ucapan itu tentu membuat Chaeyoung terharu, juga bangga karena Seyoung yang tumbuh baik hingga saat ini sehingga membuatnya bisa menepati janjinya pada kedua orangtuanya yang telah tiada.

"Ck, sepertinya kau memang sudah dewasa. Kau bahkan bisa membuat noona menangis terharu saat ini."

Seyoung melepaskan pelukannya--namun masih tetap merangkulnya. "Baiklah. Bagaimana kita pulang sekarang dan menemui nenek? Aku yakin sekali dia sudah banyak memasak makanan kesukaanku."

Chaeyoung mengangguk, dimana keduanya memilih untuk beranjak pergi setelahnya. Menunggu bus yang akan membawa mereka untuk pulang di halte.

"Noona masih belum siap?"

Pertanyaan itu menjadi pemecah keheningan di antara keduanya, membuat Chaeyoung kini menatap pada Seyoung. "Apa maksudmu?"

"Tentang hari dimana kau pulang ke rumah saat itu dan menangis setelahnya."

Chaeyoung terdiam saat itu, mengingat kembali memori yang sebenarnya sangat ingin ia lupakan. 5 tahun berlalu begitu saja dengan cepatnya, namun baik Seyoung dan Nenek menahan diri mereka untuk bertanya tentang apa yang terjadi padanya sehingga dia pulang lalu menangis begitu saja di hadapan mereka.

Tentu, Chaeyoung berterima kasih karena keduanya berusaha untuk mengerti dirinya tanpa mengetahui situasi apa yang sudah ia alami. Namun tetap saja, Chaeyoung tak mudah untuk mengatakan apa saja yang sudah ia sembunyikan di belakang mereka. Chaeyoung hanya masih belum siap, dan bahkan tak berpikir untuk menceritakan apapun pada keduanya.

Di saat yang tepat, bus yang mereka tunggu telah datang. Dan pembicaraan mereka tentang hal ini tak berlanjut seperti biasanya, seolah Seyoung sudah mengerti jika Chaeyoung masih belum siap untuk menceritakan apapun padanya saat ini.

.

.

Pintu kamarnya yang terbuka membuat pandangan Nenek mengalihkan pandangannya, menemukan Chaeyoung di sana dan membuatnya tersenyum setelahnya.

"Nenek, saatnya minum obat."

Chaeyoung melangkah mendekat, duduk pada sisi ranjang dimana Neneknya sedang bersandar pada kepala ranjang. Membantu Nenek untuk meminum obatnya, lalu membantu pun untuk berbaring sembari menarik selimutnya.

"Terima kasih, nak."

Chaeyoung tersenyum, "tak perlu mengatakan hal itu. Istirahat yang nyenyak, nenek."

all with you ❌ rosekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang