"Aku sadar aku adalah mukhya udaharana bagi mereka, maka tak akan kubiarkan tamas menyelimuti ku. Karena aku adalah Prakasa bagi mereka."
-A.U.W-✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧
Mukhya udaharana: cahaya utama (teladan)
Tamas: kegelapan
Prakasa: cahayaAlindra.
Anak pertama.
Harus jadi contoh buat adik-adiknya.
Yang menanggung beban pertama setelah orangtuanya meninggal.
Yang harus memastikan adik-adiknya tumbuh dengan baik.
Pengganti pencari nafkah mereka.
Pemuda kuat yang sebenarnya butuh dikuatkan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dialah Si Sulung, Alindra Utama Wiradja
______________________________________
Biasanya suara alarm jam yang membangunkan penghuni rumah. Tapi berbeda dengan rumah yang ditinggali oleh 7 pemuda. Wiradja bersaudara.
"UPAN, AZE, REN. AWAS AJA KALIAN!"
Ini hal yang wajar. Ya, wajar bagi mereka. Gemma, selaku yang bertugas di dapur hanya bisa menghela napas lelah mendengar teriakan sang Sulung di lantai atas.
Sementara 3 orang pelaku utama pagi itu berlari menuruni tangga bersama. Untung tak ada yang jatuh. Kan tidak lucu kalau pagi begini mereka malah harus ke rumah sakit. Gemma pasti akan langsung menuju tempat itu, tepatnya rumah sakit jiwa.
"Sabar ya, bang Gem. Di sini isinya emang kebanyakan penghuni hutan, " Ucap si Bungsu, Satya yang datang dengan membawa satu buku pelajaran.
"Sa, di sini adanya meja makan, bukan meja belajar."
"Ehehe, sekali-kali bang. Hari ini ada ulangan soalnya."
Gemma menggeleng pelan. Tangannya masih lincah memegang spatula meski fokusnya kemana-mana.
Sambil memasak sarapan begini dia juga sibuk memikirkan pekerjaan rumah, dana toko mereka, uang bulanan, kebutuhan harian, uang sekolah keempat adiknya, pembayaran lain, tugas kuliah, masalah dari trio pembuat onar, target beasiswa- oke cukup. Pikirannya terlalu banyak.
Yah, kadang dia memang begitu. Setelah menghela napas dia akan berusaha menenangkan pikirannya kembali. Seperti merefresh laptop.
"Di sini tu tempat makan, bukan belajar."
Lagi-lagi Satya mendapat teguran yang kedua kalinya. Ini dari si Sulung yang baru turun selesai mandi. Rambut yang basah sesekali dilap dengan handuk kecil yang bertengger di bahunya.
Satya hanya membalas dengan tatapan malas dan lanjut fokus pada buku pelajaran. Mengacuhkan teguran Alin, toh dia juga sudah dapat izin dari Gemma selaku penguasa ruang dapur.
"Alin, bisa bangunin Cece? Kayaknya tinggal dia yang masih molor." Pinta Gemma dibalas anggukan singkat dari si Sulung.
"Bang Upan! Gue tadi duluan masuk ke WC. Bang!" Sahut Aze menggedor pintu WC.
"Ih, tadi aku yang duluan tauk. Bang Aze sama bang Upan yang malah masuk duluan. Handuk Darren udah ada di dalam!" Darren tak ingin kalah.
"Diem, gue udah masuk WC duluan. Mau mandi. Siapa suruh lambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elpízo [On Going]
Teen FictionAlindra, Urfansa, Gemma, Barazel, Ashe, Darren, dan Satya. Ketujuh bersaudara ini harus menghadapi masalah mereka masing-masing hingga mereka lupa bahwa mereka masih saling memiliki satu sama lain. Melupakan fakta bahwa mereka bisa berbagi luka dan...