Dalam avaghaha pun kita tak akan tersesat jika masih saling menggenggam tangan, mencari prakasa bersama hingga keluar dari labirin nirasa.
~Pena Sansekerta~✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧
Avaghaha: kabut
Prakasa: cahaya
Nirasa: putus asa
Di hari biasanya Gemma dan Urfansa mendapat job pagi di toko jika mereka kuliah siang. Namun bagaimana jika mereka tiba-tiba punya jadwal kuliah pagi?Yah terpaksa toko ditutup. Mau bagaimana lagi? Tidak mungkin juga hanya Mentari dan Sena yang bekerja. Jadinya kadang toko tutup sementara.
Seperti halnya hari ini.
"Gue ada jam pagi, Gem. Kalo Lo?"
"Sama."
Kedua Wiradja yang berstatus mahasiswa itu akhirnya sepakat untuk tak membuka toko di pagi hari.
Itulah mengapa toko Wira tutup karena tak ada yang bisa menjaga. Sebenarnya para Wiradja bersaudara bisa saja menambahkan karyawan, namun itu berarti mereka juga harus menyiapkan gaji tambahan untuk orang lain.
Mentari, Sena dan Zeora saja sudah cukup.
"Untung aja gue kuliahnya cuman sampe jam 12. Bisa buka toko duluan, nih." Gumam Urfansa turun dari motor setelah memasuki garasi rumahnya.
Dia bergegas ganti baju dan menuju toko yang hanya bersebelahan dengan rumah mereka. Selagi belum memasang papan 'Buka' di pintu depan, lebih baik jika membersihkan toko lebih dulu.
Tak lama Gemma datang, disusul Mentari dan Sena yang langsung ikut membantu. Pengunjung datang seperti biasanya dan beberapa dari mereka bertanya mengapa toko tutup pagi ini.
Saat jam 2 siang, 4 Wiradja datang sepulang sekolah, begitu pun Zeora. Dari keempatnya hanya Satya yang bersedia membantu juga Darren yang mengurus tanaman hias toko mereka.
Jangan tanyakan lagi kemana Aze dan Ashe. Satunya tidur siang di rumah dan satunya lagi pergi kabur entah ke mana.
Di hari biasanya mereka hanya bekerja sampai jam 5 sore. Tapi karena toko yang tak dibuka sejak pagi membuat mereka kini harus bekerja hingga malam.
Tentu saja tetap ada pembagian shift. Gemma, Urfansa, Mentari serta Sena bisa istirahat saat jam 5. Sedangkan Satya, Darren dan Zeora tetap bekerja.
Kali ini Ashe datang membantu setelah mengisi energi siang tadi. Aze? Untungnya Alin berhasil menemukannya yang sedang nongkrong dengan satpam Bank dekat rumah mereka. Dia pantas dihukum untuk bekerja lebih lama di toko.
Tingg.
Suara lonceng dari pintu masuk menandakan ada pelanggan baru. Seorang remaja perempuan dengan mata coklat memasuki toko dan duduk di salah satu kursi kosong dengan meja bundar kecil dekat jendela kaca besar.
Zeora lantas mendekatinya sambil membawa kertas catatan. "Selamat datang, mau pesan ap-a... Lho, kamu Aqela, kan?"
Zeora tersenyum melihat wajah yang tak asing baginya. Benar, remaja perempuan itu adalah siswi yang bersekolah juga di SMA-nya. Dia pernah melihatnya di kelas sebelah.
Aqela sendiri nampak kebingungan bagaimana bisa salah satu pekerja toko ini mengenalnya?
"Aku Zeora, anak kelas XI.2 kelas sebelah."
"Oh, maaf. Aku nggak terlalu kenal sama kelas lain."
"Nggak masalah, wajar kok. Nah, mau pesen apa?"
Aqela diam membaca menu yang ada. Senyum tipis terukir di wajahnya saat melihat nama-nama menu yang unik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elpízo [On Going]
Teen FictionAlindra, Urfansa, Gemma, Barazel, Ashe, Darren, dan Satya. Ketujuh bersaudara ini harus menghadapi masalah mereka masing-masing hingga mereka lupa bahwa mereka masih saling memiliki satu sama lain. Melupakan fakta bahwa mereka bisa berbagi luka dan...