16. Bhitah

164 25 10
                                    

Dia tak ingin ditinggal, lebih memilih dirinya yang meninggalkan. Kenapa tak ada pilihan untuk tetap bersamanya? Terlalu menyakitkan jika harus merasakan kehilangan mereka.
-G.D.W-

✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧

Bhitah: takut

Baru kali ini kantor G&N nampak sedikit rusuh. Khususnya bagian informasi dan data. Alindra juga sempat ikut membantu meski hanya bisa mengawasi saja.

Lagi pula itu bukan keahliannya.

"Kok bisa sih?! Dimana kak Aksara?"

Suara itu berhasil mengalihkan perhatian Alindra di tengah pekerjaannya. Siang ini dia berpapasan dengan Aqela yang baru pulang dari sekolah.

Suatu kebetulan. Keduanya sama-sama terkejut namun disembunyikan oleh raut datar masing-masing. Mereka semua sedang sibuk. Tak sempat untuk bertegur sapa sejenak.

"Kak Aksara, kau di mana?" Aqela berucap lewat telpon.

Di seberang sana Aksara yang sedang menikmati makan siangnya yang damai terganggu oleh panggilan dari sang adik. Dengan mulut yang masih mengunyah roti panggang, Aksara menjawab Aqela.

"Lagi makan siang."

"Kau dari tadi pagi ada di kantor nggak sih?! Tau nggak apa yang terjadi di sini? Huh."

"Kenapa? Ada pekerja yang malas-malasan ya. Nanti ku tegur."

Aqela memijat pelipis. Jika saja Aksara ada di dekatnya sekarang mungkin ia akan memberi tatapan sinis juga mengomel panjang lebar.

"Tegur dirimu sendiri lebih dulu." Ucapnya dingin. "Akun perusahaan kena hack. Beberapa data hilang. Kau yang jadi penanggung jawab kemana? Malah aku yang kena protes dari ayah!"

"Siapa suruh jadi orang pintar."

"Ck, pokoknya datang ke kantor sekarang atau pangkatmu ayah turunkan lagi."

Tit.

Panggilan berakhir begitu saja oleh satu pihak. Aqela mendelik menatap handphonenya yang menampilkan bahwa Aksara memutuskan panggilan telpon lebih dulu.

Ingin sekali mulutnya berucap panjang lebar atas tingkah sang kakak namun dia sendiri harus menahan diri karena berada di tempat umum. Hanya helaan napas berat yang bisa dia keluarkan.

"Kak Ana, kalau dia udah datang langsung ke tempatku ya. Aku mau istirahat bentar, sekalian ganti seragam."

"Ahaha... pasti berat ya hadapin tingkah Aksara."

Aqela tak berkomentar lebih banyak. Dia beranjak menuju lantai atas, ke tempat dimana dia bisa sendirian dan menenangkan diri sejenak. Ruang seni pribadinya.

Sementara di lantai tempat Alindra mengawasi para staff. Lelaki 20 tahun itu menatap tiap aktivitas para pekerja di bawah pengawasannya dengan teliti. Jika ada yang kesulitan maka dia akan dengan sigap membantu.

Meskipun orang-orang disana kebanyakan lebih tua dari dirinya.

Apa mereka tak risih melihat seseorang yang lebih muda seperti Alindra menjadi kepala departemen? Apa mereka tak iri?

Ya, tentu ada beberapa pihak yang merasa tak terima dengan ditetapkannya Alindra sebagai kepala departemen baru. Namun kebanyakan dari mereka senang atas hal itu. Mengapa?

Alindra tetap sopan terhadap orang yang lebih tua, membantu para staff jika ada yang kesulitan dalam proses bekerja. Memberi saran, masukan, juga mengomentari dengan baik jika ada yang berbuat kesalahan.

Elpízo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang