Semua svapna itu terlalu tinggi untuk menjadi satya. Niyati memang pemilih dalam mewujudkannya.
-Pena Sansekerta-✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧
Svapna: mimpi/impian.
Satya: nyata
Niyati: takdirSore berganti malam.
Para Wiradja bersaudara belum sempat membersihkan keseluruhan kekacauan hari ini. Mereka ingin mengistirahatkan batin terlebih dulu.
Untunglah Gemma memasakkan makan malam spesial untuk menghibur mereka.
Yah, mereka ingin melewati malam ini dengan tenang agar bisa berpikir lebih baik untuk kedepannya. Meski beberapa kali Aze berkoar marah mengingat kejadian itu.
Selain mereka ada juga yang melewati malam dengan tenang.
Mentari dengan kakek dan neneknya, Sena dengan ketiga adiknya, lalu Zeora yang menikmati waktu di halaman rumah sewa bersama beberapa tetangga.
Ah, ada Aqela juga yang harus menghadapi tingkah saudaranya.
"Malam, Ela. Udah makan malam belum? Anara kerja dengan baik, kan?"
"Kak Aksa, nggak usah ganggu kak Ela dulu! Dia mau fokus belajar."
Sekarang gadis itu sedang menonton percakapan antara si Bungsu dan si Sulung yang sama-sama keras kepala.
Dia menghela napas menatap keduanya yang kini berdiri di depan pintu kamarnya.
"Arsen, kamu nggak ada PR atau apa?" Tanya Aqela lembut dibalas gelengan kepala dari sang adik.
"Aku mau temani kak Ela aja."
"Tapi aku lagi sibuk."
Aksara menyilangkan tangan. "Sibuk apa?"
"Kamu nggak diajak ngobrol dulu. Diam," balas Aqela lalu kembali menatap Arsen. "Lain kali aja, aku sibuk. Mau punya waktu tenang dulu."
Arsen menunjukkan wajah murung, tapi dia tetap mengangguk patuh sebelum berjalan menuju kamarnya, tapi sempat juga melirik Aksara dan saling melempar tatapan sinis.
"Dasar bocah." Aksara bergumam geram.
"Nggak punya cermin ya?"
"Aduh, Ela. Ngomong nggak sesuai fakta. Wajah umur 22 tahun kayak gini dibilang bocil."
"Lebih cocok lansia sih, sebenarnya."
Aksara membuat ekspresi sakit berlebihan. "Sama kakak sendiri kok jahat."
Aqela memutar bola matanya. "Aku mau nyelesaiin tugas. Kak Aksa istirahat aja sana, kasian udah tua."
"Diusir nih-"
Blam.
Pintu kamar Aqela tertutup rapat, bahkan dikunci dari dalam, meninggalkan Aksara di luar. Lelaki itu menggaruk kepalanya kesal.
Setelah mengunci pintu dengan rapat, Aqela bergegas mengambil berkas dari dalam laci meja di samping ranjang. Tubuhnya ia lempar ke atas ranjang, menatap isi berkas dan mulai membacanya.
Tentang keluarga Wiradja, Wiradja bersaudara yang dimulai dari Alindra, Urfansa, Gemma, Barazel, Ashe, Darren, dan terakhir Satya.
Selain biodata mereka, ia juga membaca tentang 3 perempuan yang bekerja dengan Wiradja bersaudara.
Mentari Aradea Daniazara, perempuan berusia 19 tahun yang tinggal bersama kakek neneknya. Kedua orang tuanya pergi entah kemana, meninggalkan Mentari bersama dua lansia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elpízo [On Going]
Teen FictionAlindra, Urfansa, Gemma, Barazel, Ashe, Darren, dan Satya. Ketujuh bersaudara ini harus menghadapi masalah mereka masing-masing hingga mereka lupa bahwa mereka masih saling memiliki satu sama lain. Melupakan fakta bahwa mereka bisa berbagi luka dan...