14. Katha

121 17 13
                                    

Boom!

Udah 1Rb lebih aja yang baca book ini. Mau double up nggak? Kalo ditawar nggak boleh nolak lho.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Atita yang kelam adalah kanvas gelap di mana tarah harapan dan keberanian mulai bersinar terang, menunjukkan katha jalan menuju masa depan yang lebih cerah.
-Pena Sansekerta-

✧-✧-✧-✧-✧-✧-✧

Atita: masa lalu
Tarah: bintang-bintang
Katha: kisah

"B*ngs*t, sialan, anj*ng! Sekolah biada- hmphh!"

Mulut Barazel yang meloloskan segala umpatan langsung ditutup paksa oleh Zeora. Selain karena muak mendengar kata kasarnya, dia juga tak ingin mereka kembali terkena masalah.

"Cukup kak, bahaya kalau guru sampai denger."

"Ck, kenapa gue bisa sekolah di sini, sih?! Pantes siswanya banyak yang nggak bener, gurunya aja kayak gitu."

Aqela dan Zeora hanya bisa menghela napas lelah. Mereka segera ke ruang guru untuk melapor setelah membawa Darren ke UKS.

Dan apa yang terjadi? Guru tempat mereka melapor bilang tak bisa ikut campur mengurus masalah itu. Ingin tahu alasannya? Tentu karena Liam. Anak donatur sekolah. Mereka tak ingin mencari masalah dengan keluarga orang besar seperti Liam.

"Apanya sekolah elit? Busuk begini lebih baik jadi kandang bab*."

"Cukup kak." Aqela sekali lagi menghela napas, memijit kening melihat situasi sekolahnya. "Sebenarnya ada yang mengganjal di sini. Kayaknya bukan cuman Liam yang bully Darren."

Dua orang di dekatnya menatap bingung, menunggunya kembali berbicara

"Darren juga sering pulang lambat, kan? Aku yakin dia juga dibully setelah pulang sekolah."

"Maksudnya pas ekskul?"

Pertanyaan Barazel dibalas dengan anggukan. "Tapi bukan Liam. Dia selalu pulang tepat waktu. Akhir-akhir ini juga dia sibuk ikut kelas khusus. Jadi selain Liam ada orang lain juga yang sering membully Darren. Kakak kepikiran seseorang, kan."

Barazel terdiam sejenak. Zeora juga memikirkan ucapan Aqela, menebak-nebak. Dan pikiran keduanya tertuju pada satu nama.

"Si Se-Than!"

"Kak Nathan!"

Keduanya menyahut bersamaan. Aqela mengangguk singkat tak mempermasalahkan sebutan spesial Barazel. Sebenarnya itu terdengar cocok juga, sih.

Tangan Barazel terkepal, gejolak amarahnya kembali membuat tangannya geram ingin menonjok Nathan.

"Kenapa dia nggak datang hari ini sih? Sialan."

Aqela tertegun. "Lho, kak Barazel belum dengar kabarnya ya? Dia kan dikeluarkan dari sekolah."

Tatapan bulat langsung Aqela dapatkan oleh dua orang di dekatnya. Oh, apa kabar itu belum tersebar? Sepertinya Nathan cukup ahli membuat teman dan para guru tutup mulut soal kasusnya yang dikeluarkan dari sekolah. Lalu...

"Siapa yang bisa buat kak Nathan dikeluarkan?" Zeora sungguh penasaran.

Aqela berdehem pelan. "Lupakan. Intinya satu pembuat masalah sudah hilang. Bahas yang lain aja."

Bukannya mencari obrolan lain justru keadaan menjadi hening. Aqela bisa tahu apa yang mereka semua pikirkan. Masalah kemarin. Penculikan Ashe. Oke, itu juga memang sesuatu hal penting yang harus dibahas. Namun mereka tahu akhir dari percakapan itu tak ada hasilnya.

Elpízo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang